Pelatihan & Sertifikasi P3K (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Tanjung Selor

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Tanjung Selor

Apa yang dimaksud dengan P3K? P3K merupakan salah satu upaya/perawatan sementara pada seseorang yang menjadi korban kecelakaan. Hal ini dilakukan guna menenangkan korban, mencegah maupun mengurangi kegelisahan dan ketakutan korban dan juga menghindari bahaya yang lebih buruk. Kecelakaan sendiri dapat terjadi di manapun, orang yang mengalami kecelakaan bisa saja meninggal di tempat, mengalami luka berat atau ringan, henti jantung, pingsan, tertelan racun, henti nafas dan sebagainya. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Tanjung Selor Untuk sesorang yang menjadi korban kecelakaan dan masih hidup, pastinya butuh pertolongan sesegera mungkin.

Pendaftaran :

Telp 08118500177

Whatsapp 08118500177

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Tanjung Selor

Saat mengalami kondisi serupa, pertolongan pertama sangat berperan penting dan juga dibutuhkan. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Tanjung Selor Jika benar dalam melakukan pertolongan pertama, maka akan mampu menyelamatkan nyawa korban. Namun jika dilakukan dengan sebaliknya, maka bisa saja membahayakan nyawa korban bahkan dapat berujung kematian. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Tanjung Selor Oleh sebab itu, sangat penting memahami cara melakukan pertolongan pertama yang tepat.

Standar pijatan pertolongan pertama (CPR atau Resusitasi Jantung Paru) sesuai dengan American Heart Association (AHA) 2015 adalah sebagai berikut:

  1. Pastikan Keamanan Lokasi
  • Pastikan lokasi aman bagi penolong dan korban.
  1. Periksa Respons Korban

Tepuk atau goyangkan korban dengan lembut dan tanyakan, “Apakah Anda baik-baik saja?” Jika korban tidak responsif, minta seseorang memanggil bantuan medis (hubungi 112 atau nomor darurat lokal) dan cari AED (Automated External Defibrillator) jika tersedia.

  1. Periksa Pernapasan

Periksa apakah korban bernapas normal (tidak ada napas atau napas gasping dianggap tidak normal). Jika korban tidak bernapas normal, segera mulai CPR.

  1. Lakukan CPR (30 Kompresi: 2 Napas)

Kompresi Dada:

  1. Tempatkan tumit tangan Anda di tengah dada korban (di atas tulang dada).
  2. Letakkan tangan kedua di atas tangan pertama, jari-jari saling menggenggam atau terangkat.
  3. Gunakan berat badan Anda untuk menekan dada korban.
  4. Tekan dengan kedalaman 5-6 cm (2-2,4 inci) untuk orang dewasa.
  5. Lakukan dengan kecepatan 100-120 kompresi per menit.
  6. Biarkan dada kembali sepenuhnya ke posisi semula setelah setiap kompresi.

Pemberian Napas:

  1. Setelah 30 kompresi, berikan 2 napas buatan:

oBuka jalan napas korban dengan teknik “head tilt-chin lift.”

oTutup hidung korban dan berikan napas ke mulutnya (1 detik per napas).

oPastikan dada korban mengembang saat Anda memberikan napas.

  1. Gunakan AED Jika Tersedia
  2. Nyalakan AED dan ikuti petunjuknya.
  3. Tempelkan elektroda pada dada korban sesuai gambar pada alat.
  4. Jika AED menyarankan defibrilasi, pastikan tidak ada yang menyentuh korban saat kejutan diberikan.
  5. Lanjutkan CPR segera setelah kejutan diberikan.
  6. Lanjutkan Hingga Bantuan Datang

Terus lakukan siklus 30 kompresi: 2 napas hingga korban menunjukkan tanda-tanda hidup atau tim medis tiba. Standar AHA 2015 menekankan kualitas CPR: kedalaman kompresi yang tepat, kecepatan yang konsisten, dan minimal gangguan antara kompresi. Selalu prioritaskan kompresi dada jika tidak yakin atau tidak dapat memberikan napas buatan. Pelatihan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dirancang untuk membekali peserta dengan keterampilan dan pengetahuan dalam menangani kondisi darurat medis. Berikut adalah syarat umum pelatihan P3K:

  1. Persyaratan Peserta
  • Usia Minimum Biasanya minimal 18 tahun atau sesuai peraturan lembaga pelatihan.
  • Kondisi Fisik Peserta harus dalam kondisi sehat untuk mengikuti simulasi praktis, seperti CPR (resusitasi jantung paru) atau teknik evakuasi.
  • Pendidikan Tidak ada standar pendidikan khusus, tetapi kemampuan membaca dan memahami instruksi penting.
  • Kesiapan Mental Memiliki kemauan dan kesiapan mental untuk menghadapi situasi darurat.
  1. Persyaratan Administrasi
  • Dokumen Identitas: KTP atau dokumen resmi lainnya.
  • Pendaftaran Mengisi formulir pendaftaran sesuai dengan lembaga pelatihan.
  • Biaya Pelatihan Membayar biaya yang ditetapkan oleh penyelenggara pelatihan.
  1. Fasilitas dan Kelengkapan
  • Pakaian Dianjurkan mengenakan pakaian yang nyaman dan sesuai untuk kegiatan fisik.
  • Peralatan Pelatihan Biasanya disediakan oleh penyelenggara, seperti manekin CPR, perban, atau alat bantu pernapasan.
  1. Standar Pelatih dan Lembaga Pelatihan

Pelatih Bersertifikasi Pelatih harus memiliki sertifikat sebagai instruktur P3K dari lembaga terpercaya, seperti Palang Merah, Kemenaker, atau organisasi kesehatan. Lembaga Terakreditasi Pastikan pelatihan diselenggarakan oleh lembaga resmi yang diakui oleh otoritas terkait (misalnya, Kemenaker untuk pelatihan di tempat kerja).

  1. Materi yang Diajarkan

Pelatihan P3K meliputi:

  1. Penilaian awal korban (kesadaran, pernapasan, denyut nadi).
  2. Teknik CPR (dewasa, anak, bayi).
  3. Penanganan luka (pembersihan, perban, pendarahan).
  4. Penanganan cedera tulang (patah tulang, dislokasi).
  5. Penanganan kondisi medis darurat (serangan jantung, stroke, syok).
  6. Evakuasi korban (pemindahan yang aman).
  7. Sertifikasi

Setelah pelatihan selesai, peserta biasanya menerima sertifikat sebagai bukti bahwa mereka kompeten dalam memberikan pertolongan pertama. Sertifikat ini mungkin memiliki masa berlaku (biasanya 2-3 tahun) dan perlu diperbarui dengan pelatihan lanjutan. Pelatihan P3K wajib untuk pekerja di tempat kerja sesuai regulasi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), tetapi juga sangat berguna untuk individu dalam kehidupan sehari-hari. P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah upaya atau tindakan awal yang diberikan kepada seseorang yang mengalami cedera atau kondisi medis darurat sebelum mendapatkan penanganan medis profesional. Tujuan dari P3K adalah untuk:

  1. Menyelamatkan Nyawa Mencegah kondisi korban menjadi lebih buruk atau fatal.
  2. Mencegah Kondisi Memburuk Meminimalkan risiko komplikasi lebih lanjut.
  3. Memberikan Rasa Nyaman Mengurangi rasa sakit atau kecemasan korban sampai bantuan medis tiba.

Elemen Penting dalam P3K

  1. Penilaian Awal Memeriksa tingkat kesadaran, pernapasan, denyut nadi, dan cedera korban.
  2. Intervensi Cepat Menghentikan perdarahan, memberikan CPR (jika diperlukan), atau menangani cedera lainnya.
  3. Panggilan Bantuan Memastikan tim medis profesional atau pihak berwenang dihubungi secepat mungkin.

Lingkup P3K

  • Kecelakaan Seperti luka, patah tulang, atau cedera akibat jatuh.
  • Kondisi Darurat Medis Seperti serangan jantung, stroke, atau syok.
  • Kejadian Tak Terduga Seperti luka bakar, gigitan hewan, atau keracunan.

Prinsip Dasar P3K

  1. Cek (Check) Pastikan keamanan lokasi dan kondisi korban.
  2. Panggil (Call) Hubungi bantuan medis.
  3. Tolong (Care) Berikan pertolongan sesuai kemampuan dan pelatihan yang dimiliki.

P3K sangat penting dalam berbagai situasi, termasuk di rumah, tempat kerja, sekolah, atau di tempat umum, dan pelatihan P3K dapat membantu masyarakat umum menjadi lebih siap menghadapi keadaan darurat. Di Indonesia, regulasi tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di perusahaan diatur dalam berbagai peraturan terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Berikut adalah beberapa peraturan yang mengatur P3K di tempat kerja:

  1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

UU ini mengatur kewajiban perusahaan untuk menyediakan kondisi kerja yang aman, termasuk:

  • Pasal 3 menyebutkan bahwa pengusaha wajib menyediakan perlengkapan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi kecelakaan kerja.
  • Salah satu bentuk pencegahan ini adalah dengan menyediakan fasilitas dan pelatihan P3K.
  1. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) No. 15 Tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja

Permenaker ini secara spesifik mengatur:

  1. Kewajiban Pengusaha:

oMenyediakan fasilitas P3K di tempat kerja.

oMemastikan fasilitas tersebut mudah diakses oleh pekerja.

oMenunjuk petugas P3K yang telah mendapatkan pelatihan resmi.

  1. Fasilitas P3K:

oKotak P3K wajib tersedia dengan isi sesuai klasifikasi perusahaan (jumlah pekerja, risiko kerja).

oLokasi kotak P3K harus strategis dan mudah dijangkau.

  1. Petugas P3K:

oHarus berjumlah cukup sesuai dengan jumlah pekerja.

oWajib mengikuti pelatihan khusus P3K yang diakui oleh pemerintah.

  1. Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

PP ini mengatur bahwa perusahaan wajib memiliki sistem manajemen yang melibatkan:

  • Penilaian risiko kerja.
  • Tindakan mitigasi termasuk P3K.
  • Penyediaan sumber daya manusia dan fasilitas yang memadai untuk K3.
  1. Konsekuensi bagi Perusahaan
  • Sanksi Administratif Jika perusahaan tidak mematuhi ketentuan P3K, mereka dapat dikenai peringatan, penghentian kegiatan, atau pencabutan izin usaha.
  • Pidana Berdasarkan Pasal 15 UU No. 1 Tahun 1970, pengusaha yang melanggar dapat dikenai pidana denda atau kurungan.

Tugas dan Tanggung Jawab Perusahaan

  1. Menyediakan kotak P3K sesuai standar dan memperbarui isinya secara berkala.
  2. Menunjuk petugas P3K yang terlatih.
  3. Mengadakan pelatihan P3K secara berkala.
  4. Melaporkan kecelakaan kerja dan memberikan bantuan awal sebelum korban dirujuk ke fasilitas kesehatan.

Regulasi tentang P3K bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat kerja. Perusahaan wajib mematuhi peraturan ini untuk mengurangi risiko kecelakaan dan memastikan kepatuhan terhadap hukum. Pekerja yang ditunjuk sebagai petugas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di perusahaan harus memenuhi sejumlah syarat untuk memastikan mereka mampu memberikan penanganan darurat dengan baik. Berikut adalah syarat yang biasanya diterapkan:

  1. Persyaratan Umum
  2. Sehat Jasmani dan Rohani:

oTidak memiliki gangguan kesehatan yang dapat menghambat tugas sebagai petugas P3K.

oMampu melakukan aktivitas fisik seperti CPR (Resusitasi Jantung Paru) atau evakuasi korban.

  1. Memiliki Komitmen:

oBersedia melaksanakan tugas sebagai petugas P3K kapan pun diperlukan.

oSiap membantu dalam situasi darurat tanpa panik.

  1. Dapat Dipercaya dan Bertanggung Jawab:

oMemiliki karakter yang disiplin, tenang, dan mampu mengambil keputusan cepat dalam situasi darurat.

  1. Persyaratan Khusus
  2. Mendapat Pelatihan Resmi P3K:

oMengikuti pelatihan khusus P3K yang diselenggarakan oleh lembaga yang diakui (misalnya, Palang Merah Indonesia atau lembaga pelatihan K3 resmi).

oPelatihan meliputi:

Teknik CPR dan penanganan henti jantung.

Penanganan luka, perdarahan, patah tulang, dan luka bakar.

Penanganan kondisi medis darurat (stroke, serangan jantung, syok, dll.).

  1. Mendapat Sertifikat Pelatihan:

oMemiliki sertifikat pelatihan P3K sebagai bukti kompetensi.

oSertifikat biasanya berlaku 2-3 tahun dan perlu diperbarui melalui pelatihan ulang.

  1. Dipilih Berdasarkan Kriteria Perusahaan:

oPerusahaan biasanya memilih petugas P3K dari karyawan yang dianggap mampu dan memiliki potensi untuk menjalankan tugas ini.

  1. Penunjukan dan Jumlah Petugas
  • Jumlah Petugas P3K:

oBerdasarkan Permenaker No. 15 Tahun 2008, jumlah petugas P3K tergantung pada jumlah pekerja dan tingkat risiko kerja:

≤ 25 pekerja: Minimal 1 petugas P3K.

26-150 pekerja: Minimal 2 petugas P3K.

≥ 150 pekerja: Minimal 3 petugas P3K dan bertambah sesuai kompleksitas risiko.

  • Penempatan Petugas:

oPetugas P3K harus mudah diakses dan berada di lokasi kerja utama.

  1. Kompetensi yang Harus Dimiliki
  • Pengetahuan tentang P3K:

oMampu mengidentifikasi jenis cedera dan kondisi medis darurat.

  • Keterampilan Praktis:

oMampu melakukan CPR, menghentikan perdarahan, dan menggunakan alat medis sederhana.

  • Kemampuan Berkomunikasi:

oMampu memberikan instruksi dan informasi dengan jelas kepada korban atau tim medis.

Petugas P3K di perusahaan tidak hanya ditunjuk secara sembarangan, tetapi harus memenuhi persyaratan kesehatan, pelatihan, dan kompetensi. Perusahaan wajib memastikan petugas P3K mampu menjalankan tugas mereka untuk menjaga keselamatan pekerja dan memenuhi standar K3 yang berlaku. Pembidaian adalah teknik dalam P3K untuk melindungi dan menjaga stabilitas tulang atau sendi yang mengalami cedera (patah tulang, dislokasi, atau keseleo) sebelum mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Berikut adalah langkah-langkah pembidaian yang biasa diajarkan dalam pelatihan P3K:

  1. Tujuan Pembidaian
  • Menstabilkan tulang atau sendi yang cedera.
  • Mencegah pergerakan yang dapat memperburuk cedera.
  • Mengurangi rasa sakit.
  • Mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut pada jaringan lunak, pembuluh darah, atau saraf di sekitar area cedera.
  1. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan
  • Bahan Bidai Kayu, papan, bambu, karton tebal, atau benda keras lainnya yang lurus.
  • Bantalan Kain, handuk, atau bahan lunak lainnya untuk melindungi kulit dari tekanan bidai.
  • Pengikat Tali, perban, atau kain panjang untuk mengamankan bidai.
  • Gunting Medis (jika diperlukan).
  1. Langkah-Langkah Pembidaian
  2. Persiapan
  3. Pastikan Keamanan Korban:

oPastikan lokasi aman.

oTenangkan korban dan jelaskan apa yang akan dilakukan.

  1. Evaluasi Cedera:

oPeriksa bagian yang cedera untuk melihat pembengkakan, deformasi, atau luka terbuka.

oJangan mencoba meluruskan tulang yang patah.

  1. Bersihkan Luka (Jika Ada):

oJika terdapat luka terbuka, bersihkan dan tutupi dengan kain steril sebelum pembidaian.

  1. Proses Pembidaian
  2. Persiapkan Bidai:

oPilih bidai yang panjangnya cukup untuk melindungi sendi di atas dan di bawah area cedera.

oTambahkan bantalan di permukaan bidai yang akan bersentuhan dengan kulit.

  1. Tempatkan Bidai:

oLetakkan bidai dengan hati-hati di sepanjang sisi yang cedera.

oJangan memindahkan bagian tubuh yang cedera jika pergerakan menyebabkan rasa sakit.

3.Amankan Bidai:

oIkat bidai dengan pengikat (tali/perban) pada beberapa titik:

Di atas cedera.

Di bawah cedera.

Jangan mengikat terlalu kencang agar tidak menghambat aliran darah.

  1. Cek Sirkulasi:

oPeriksa sirkulasi darah setelah pembidaian (misalnya, dengan mengecek warna kulit, suhu, atau denyut nadi di bagian distal seperti jari tangan/kaki).

oLonggarkan ikatan jika tanda-tanda sirkulasi terganggu (kulit pucat, dingin, atau mati rasa).

  1. Setelah Pembidaian
  2. Imobilisasi Total:

oHindari pergerakan area yang dibidai hingga korban mendapat penanganan lebih lanjut.

  1. Pantau Kondisi Korban:

oPerhatikan tanda-tanda syok (misalnya, kulit pucat, berkeringat, atau denyut nadi lemah).

  1. Rujuk ke Fasilitas Medis:

oSegera bawa korban ke rumah sakit atau panggil bantuan medis.

  1. Prinsip Penting dalam Pembidaian
  • Jangan mencoba meluruskan tulang patah atau dislokasi secara paksa.
  • Selalu stabilkan posisi cedera seperti saat ditemukan.
  • Pastikan korban nyaman selama proses pembidaian.
  • Jika cedera pada tulang belakang atau leher diduga, jangan pindahkan korban kecuali dalam keadaan darurat.
  1. Contoh Pembidaian Berdasarkan Lokasi Cedera
  2. Lengan

oGunakan bidai keras dan gendongan kain (sling) untuk menahan posisi lengan.

  1. Kaki

oImobilisasi dengan bidai pada sisi dalam dan luar kaki, mulai dari lutut hingga pergelangan kaki.

  1. Jari

oGunakan pensil, stik es krim, atau benda kecil lainnya sebagai bidai.

Latihan rutin dalam pembidaian selama pelatihan P3K sangat penting untuk memastikan petugas siap dan percaya diri saat menghadapi situasi darurat sebenarnya. Dalam pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), beberapa perhitungan atau parameter penting digunakan untuk memastikan tindakan yang dilakukan tepat, efektif, dan aman. Berikut adalah beberapa hitungan atau parameter penting yang diajarkan:

  1. CPR (Resusitasi Jantung Paru)

Kompresi Dada dan Ventilasi

  • Orang Dewasa:

oRasio 30 kompresi dada : 2 napas buatan.

oKecepatan 100-120 kompresi per menit.

oKedalaman kompresi: 5-6 cm (2-2,4 inci).

  • Anak/Bayi

oRasio 30:2 untuk penolong tunggal, atau 15:2 untuk dua penolong.

oKecepatan 100-120 kompresi per menit.

oKedalaman kompresi

Anak Sekitar 5 cm (2 inci).

Bayi Sekitar 4 cm (1,5 inci), atau sepertiga dari diameter dada.

  1. Penilaian Napas

Normal Respiratory Rate (RR):

  • Dewasa 12-20 kali per menit.
  • Anak-anak 20-30 kali per menit.
  • Bayi 30-60 kali per menit.

Jika frekuensi napas berada di luar rentang ini, seperti napas terlalu cepat (tachypnea) atau terlalu lambat (bradypnea), segera lakukan intervensi.

  1. Denyut Nadi

Normal Heart Rate (HR):

  • Dewasa: 60-100 denyut per menit.
  • Anak-anak: 70-120 denyut per menit.
  • Bayi: 100-160 denyut per menit.

Cara Mengukur:

  • Gunakan dua jari untuk memeriksa nadi pada area seperti pergelangan tangan (radial), leher (karotis), atau lengan (brachial pada bayi).
  • Jika tidak ada denyut nadi pada korban dewasa, segera lakukan CPR.
  1. Perdarahan

Volume Darah pada Tubuh:

  • Dewasa: 5-6 liter darah.
  • Anak-anak: Sekitar 3 liter.
  • Bayi Sekitar 80-100 ml per kg berat badan.

Estimasi Kehilangan Darah:

  • Kehilangan darah lebih dari 15-30% dari total volume darah dapat menyebabkan syok.
  • Penanganan darurat perdarahan berat melibatkan:

oTekanan langsung pada luka.

oElevasi anggota tubuh (jika tidak ada patah tulang).

oPembalutan dengan perban tekanan.

  1. Penilaian Kesadaran (AVPU)

AVPU adalah skala sederhana untuk menilai tingkat kesadaran korban:

  • A: Alert (Sadar penuh).
  • V: Verbal (Merespons suara).
  • P: Pain (Merespons rangsangan nyeri).
  • U: Unresponsive (Tidak merespons).

Jika korban berada pada skala P atau U, kemungkinan memerlukan tindakan darurat segera.

  1. Penilaian Waktu Emas (Golden Hour)

Waktu emas adalah 1 jam pertama setelah cedera, di mana penanganan yang cepat dan tepat dapat meningkatkan peluang korban untuk bertahan hidup. Tindakan selama waktu ini mencakup:

  • Menghentikan perdarahan.
  • Stabilisasi korban.
  • Mengarahkan korban ke fasilitas medis.
  1. Penilaian Luka Bakar

Estimasi Luas Luka Bakar (Rule of Nines):

  • Dewasa:

oKepala dan leher: 9%.

oLengan (satu sisi): 9%.

oKaki (satu sisi): 18%.

oDada dan perut: 18%.

oPunggung: 18%.

oArea genital: 1%.

  • Anak-anak:

oProporsi kepala lebih besar (sekitar 18%), kaki lebih kecil (sekitar 14%).

Penanganan pertama luka bakar:

  • Dinginkan area luka dengan air bersih (jangan gunakan es).
  • Hindari memecahkan lepuhan.
  1. Skala Nyeri

Digunakan untuk menilai intensitas nyeri korban, biasanya dari skala 0-10:

  • 0: Tidak ada nyeri.
  • 10: Nyeri terburuk yang pernah dirasakan.
  1. Waktu dalam Pembidaian atau Evakuasi
  • Pastikan pembidaian selesai dalam 5-10 menit untuk mencegah pergerakan lebih lanjut.
  • Proses evakuasi ke fasilitas medis dilakukan secepat mungkin, terutama jika korban menunjukkan tanda-tanda syok.

Hitungan dan parameter ini bertujuan untuk memastikan tindakan P3K dilakukan dengan standar yang terukur dan efektif. Selama pelatihan, penting untuk berlatih menggunakan perhitungan ini dalam simulasi agar petugas P3K siap menghadapi situasi nyata. Dalam pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), terdapat beberapa rumus atau pedoman praktis yang digunakan untuk mempermudah penghitungan dan pengambilan keputusan dalam keadaan darurat. Berikut adalah rumus dan panduan yang biasa digunakan:

  1. Rumus untuk Estimasi Volume Darah

Volume Darah Total (VDT):

VDT=BeratBadan×70 ml (untuk dewasa)VDT = Berat Badan \times 70 \, \text{ml (untuk dewasa)}VDT=BeratBadan×70ml (untuk dewasa)

Contoh:

oBerat badan 60 kg: 60×70=4200 ml60 \times 70 = 4200 \, \text{ml}60×70=4200ml (4,2 liter).

  • Kebutuhan untuk menghitung kehilangan darah penting dalam menangani perdarahan masif.
  1. Rumus Rule of Nines (Luas Luka Bakar)**

Untuk memperkirakan luas luka bakar pada tubuh (dalam persentase):

  • Dewasa:

oKepala dan leher: 9%.

oDada dan perut: 18%.

oPunggung: 18%.

oSatu lengan: 9%.

oSatu kaki: 18%.

oArea genital: 1%.

  • Anak-anak:

oKepala dan leher: 18%.

oDada dan perut: 18%.

oPunggung: 18%.

oSatu lengan: 9%.

oSatu kaki: 14%.

oArea genital: 1%.

Contoh: Jika korban dewasa memiliki luka bakar di lengan kanan (9%) dan punggung (18%), total luas luka bakar adalah:

9%+18%=27%9\% + 18\% = 27\%9%+18%=27%

  1. Rumus GCS (Glasgow Coma Scale)

GCS digunakan untuk menilai tingkat kesadaran korban berdasarkan respons mata (E), suara (V), dan motorik (M):

GCS=E+V+MGCS = E + V + MGCS=E+V+M

  • Respons Mata (E):

oSpontan: 4.

oRespon terhadap suara: 3.

oRespon terhadap nyeri: 2.

oTidak ada respon: 1.

  • Respons Verbal (V):

o Orientasi baik: 5.

oBingung: 4.

oKata tidak tepat: 3.

oSuara tidak jelas: 2.

oTidak ada suara: 1.

  • Respons Motorik (M):

oPerintah diikuti: 6.

oLokal nyeri: 5.

oGerakan menarik: 4.

oFleksi abnormal: 3.

oEkstensi abnormal: 2.

oTidak ada gerakan: 1.

Contoh: Jika korban membuka mata saat diperintah (3), bicara tidak jelas (2), dan hanya menarik tangan saat disentuh (4):

GCS=3+2+4=9GCS = 3 + 2 + 4 = 9GCS=3+2+4=9

  1. Rumus untuk Tekanan Darah

Untuk memperkirakan tekanan darah sistolik pada anak:

TekananDarahSistolik=(2×Usiadalamtahun)+80 mmHgTekanan Darah Sistolik = (2 \times Usia dalam tahun) + 80 \, \text{mmHg}TekananDarahSistolik=(2×Usiadalamtahun)+80mmHg

  • Contoh: Anak usia 5 tahun.

(2×5)+80=90 mmHg(2 \times 5) + 80 = 90 \, \text{mmHg}(2×5)+80=90mmHg

  1. Rumus Kecepatan Kompresi Jantung (CPR)

Rasio Kompresi : Ventilasi:

30:2 (untuk semua usia jika penolong hanya 1 orang)30:2 \, \text{(untuk semua usia jika penolong hanya 1 orang)}30:2(untuk semua usia jika penolong hanya 1 orang) 15:2 (untuk anak/bayi jika penolong 2 orang)15:2 \, \text{(untuk anak/bayi jika penolong 2 orang)}15:2(untuk anak/bayi jika penolong 2 orang)

  • Kecepatan Kompresi:

100-120 kali per menit.

  • Kedalaman Kompresi:

oDewasa: 5-6 cm.

oAnak: Sekitar 5 cm.

oBayi: Sekitar 4 cm.

  1. Rumus Penentuan Syok pada Anak

Gunakan Rule of Thumb untuk menghitung kadar cairan yang hilang akibat syok:

KebutuhanCairan=20×BeratBadan(kg) ml/jamKebutuhan Cairan = 20 \times Berat Badan (kg) \, \text{ml/jam}KebutuhanCairan=20×BeratBadan(kg)ml/jam

  • Contoh: Anak dengan berat 10 kg:

20×10=200 ml/jam20 \times 10 = 200 \, \text{ml/jam}20×10=200ml/jam

  1. Rumus Penilaian Tingkat Nyeri (Skala Nyeri 0-10)

Korban diminta menilai nyeri dari 0 (tidak ada nyeri) hingga 10 (nyeri terburuk). Ini membantu menentukan tindakan penanganan:

  • 0-3: Nyeri ringan.
  • 4-6: Nyeri sedang.
  • 7-10: Nyeri berat.
  1. Rumus untuk Menghitung Denyut Jantung Maksimum (Denyut Aman)

DenyutJantungMaksimum=220−UsiaDenyut Jantung Maksimum = 220 – UsiaDenyutJantungMaksimum=220−Usia

Contoh: Untuk seseorang berusia 30 tahun:

220−30=190 denyut per menit (dpm)220 – 30 = 190 \, \text{denyut per menit (dpm)}220−30=190denyut per menit (dpm)

  1. Rule of Thumb untuk Evakuasi Korban

Jika korban tidak sadar dan harus dipindahkan, hitung:

  • Kapasitas angkat tim evakuasi: BeratKorban÷JumlahPenolongBerat Korban \div Jumlah PenolongBeratKorban÷JumlahPenolong Pastikan setiap penolong mampu mengangkat berat sesuai kemampuan fisik mereka.
  1. Estimasi Waktu Emas (Golden Hour)

WaktuEmas=60 menit setelah cedera terjadiWaktu Emas = 60 \, \text{menit setelah cedera terjadi}WaktuEmas=60menit setelah cedera terjadi Semua tindakan darurat P3K harus dilakukan dalam waktu ini untuk meningkatkan peluang hidup korban. Rumus-rumus ini menjadi pedoman penting dalam pelatihan P3K untuk memastikan setiap tindakan yang diambil terukur, efektif, dan sesuai standar medis. Praktik langsung dengan simulasi akan memperkuat pemahaman dan penerapan rumus-rumus ini. Teknik pengangkatan korban dalam pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bertujuan untuk memindahkan korban dengan aman tanpa memperparah cedera yang sudah ada. Prosedur ini dilakukan berdasarkan jenis cedera, lokasi kejadian, dan jumlah penolong yang tersedia. Berikut adalah teknik-teknik pengangkatan korban yang umum diajarkan dalam pelatihan P3K:

  1. Teknik Tarik Darurat (Emergency Drag)
  • Digunakan Ketika:

oKorban berada di area berbahaya (kebakaran, runtuhan, dll.).

oTidak memungkinkan untuk memeriksa cedera secara detail.

  • Cara Melakukan:
  1. Berdiri di belakang korban.
  2. Pegang pakaian di sekitar bahu atau tarik bagian bawah ketiak korban.
  3. Seret korban menjauh dari bahaya dengan menarik secara perlahan dan menjaga kepala tetap stabil.
  • Catatan Hindari teknik ini jika ada dugaan cedera tulang belakang, kecuali dalam kondisi darurat.
  1. Teknik Angkat Satu Penolong
  2. Fireman’s Carry
  • Digunakan Ketika:

oKorban tidak terlalu berat dan situasi membutuhkan pengangkatan cepat.

  • Cara Melakukan:
  1. Jongkok di samping korban.
  2. Letakkan salah satu lengan korban di atas bahu Anda.
  3. Angkat tubuh korban dengan menopangnya di bahu Anda.
  4. Pastikan tubuh korban seimbang.
  5. Piggyback Carry
  • Digunakan Ketika:

oKorban sadar tetapi tidak dapat berjalan.

  • Cara Melakukan:
  1. Posisi korban berdiri atau duduk.
  2. Anda membungkuk, dan korban melingkarkan tangan di leher Anda.
  3. Pegang paha korban dan angkat.
  4. Teknik Angkat Dua Penolong
  5. Seat Carry
  • Digunakan Ketika:

oKorban sadar tetapi tidak dapat berjalan, dan memerlukan dukungan di area yang datar.

  • Cara Melakukan:
  1. Dua penolong berdiri di kedua sisi korban.
  2. Pegang pergelangan tangan masing-masing penolong untuk membentuk “kursi”.
  3. Bantu korban duduk di kursi yang dibentuk.
  4. Angkat korban secara bersamaan.
  5. Hand Seat Carry
  • Digunakan Ketika:

oKorban sadar dan cukup ringan untuk diangkat oleh dua orang.

  • Cara Melakukan:
  1. Kedua penolong membentuk kursi dengan tangan (saling menggenggam pergelangan tangan).
  2. Korban duduk di kursi tersebut.
  3. Penolong mengangkat korban dengan koordinasi yang baik.
  4. Teknik Angkat Tiga atau Lebih Penolong
  5. Log Roll Method
  • Digunakan Ketika:

oKorban diduga mengalami cedera tulang belakang atau leher.

  • Cara Melakukan:
  1. Penolong pertama menjaga kepala dan leher korban tetap stabil.
  2. Penolong lainnya berada di sepanjang tubuh korban.
  3. Secara serempak, angkat dan putar tubuh korban ke satu sisi, atau letakkan korban di papan spinal untuk evakuasi.
  4. Blanket Carry
  • Digunakan Ketika:

oKorban tidak dapat diangkat langsung, misalnya pada korban dengan patah tulang.

  • Cara Melakukan:
  1. Letakkan selimut atau kain besar di bawah korban.
  2. Minimal 3-4 penolong mengangkat korban menggunakan kain sebagai tandu darurat.
  3. Pegang kain dengan kuat untuk menjaga kestabilan korban.
  4. Teknik Pengangkatan dengan Tandu
  5. Tandu Standar
  • Digunakan Ketika:

oKorban harus dipindahkan dengan stabil dan aman.

  • Cara Melakukan:
  1. Letakkan korban di atas tandu dengan hati-hati.
  2. Ikat tubuh korban ke tandu untuk mencegah pergerakan.
  3. Minimal dua penolong mengangkat tandu di depan dan belakang.
  4. Improvisasi Tandu
  • Menggunakan: Kain, kayu, atau benda lain yang tersedia.
  • Cara Melakukan:
  1. Bentuk tandu menggunakan bahan yang kokoh.
  2. Tempatkan korban di atas tandu.
  3. Angkat secara perlahan dengan koordinasi yang baik.
  4. Teknik Pengangkatan Khusus untuk Anak/Bayi
  • Digunakan Ketika:

oKorban adalah anak kecil atau bayi.

  • Cara Melakukan:
  1. Topang kepala dan leher bayi dengan satu tangan.
  2. Gunakan tangan lainnya untuk menopang tubuh dan kaki.
  3. Jaga agar tubuh bayi tetap horizontal.
  4. Prinsip Penting dalam Pengangkatan Korban
  • Stabilisasi Cedera Jangan memindahkan korban jika ada kemungkinan cedera tulang belakang, kecuali situasi darurat.
  • Koordinasi yang Baik Jika menggunakan lebih dari satu penolong, semua penolong harus bergerak serempak.
  • Keamanan Penolong: Gunakan postur tubuh yang benar untuk menghindari cedera pada penolong.

oPosisi jongkok saat mengangkat.

oGunakan kekuatan kaki, bukan punggung.

  • Pastikan Kenyamanan Korban: Hindari pergerakan mendadak atau kasar.

Teknik pengangkatan korban harus disesuaikan dengan kondisi cedera dan situasi di lapangan. Latihan rutin sangat penting untuk memastikan semua tindakan dilakukan dengan aman dan efektif.

Pelatihan K3 First Aider P3K BNSP Kemnaker Tanjung Selor

Adanya P3K di lingkungan kerja tentu menghadirkan banyak manfaat guna mencegah semakin parahnya cedera, hingga mampu membantu menyelamatkannyawa seseorang yang menjadi korban kecelakaan. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Bagi perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap keselamatan dan juga Kesehatan para pekerjanya, tentu wajib menyediakan fasilitas tersebut di lingkungan kerja sehingga perusahaan mampu mengurangi beragam konsekuensi yang bisa timbul karena kecelakaan kerja.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

Dalam Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terdapat beberapa hal yang perlu kita ketahui seputar pertolongan pertama:

  1. Ruangan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

Salah satu kriteria lokasi yang tepat untuk dijadikan ruangan P3K yaitu ruangan yang berada tidak jauh dari toilet, mendekati jalan keluar, terjangkau dari lingkungan kerja, serta dekat dengan ruang parkir kendaraan. Selain itu, tentu diperlukan petugas yang memang telah terlatih untuk menangani P3K. kemudian, syarat utama ruangan P3K haruslah bersih serta steril, memiliki ruang yang cukup untuk meletakkan tempat tidur, lemari, timbangan, serta kursi roda maupun tandu, dan juga dilengkapi tempat air minum, meja, kursi, serta pendingin ruangan.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

  1. Kotak P3K atau Lemari Beserta Kelengkapannya

Lemari atau kotak P3K ini berfungsi untuk menyimpan beragam peralatan serta obat untuk menunjang pertolongan pertama pada kecelakaan yang sifatnya ringan hingga vital. Bukan hanya dipasang pada ruang P3K saja, namun juga dipasang di tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh para pekerja. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Kotak P3K dianggap sesuai standar jika kotak tersebut mudah diangkat atau dipindahkan, ringan, terbuat dari material logam atau kayu, memiliki warna putih serta lambing palang merah dan juga bertuliskan P3K sebagai tanda bahwa kotak tersebut berisi alat-alat pertolongan pertama.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

  1. Media Evakuasi Serta Transportasi

Terdapat beragam alat evaluasi yang biasa digunakan dalam pertolongan pertama, seperti misalnya tandu, kursi roda, alat bantu pernapasan, dan sebagainya. Alat untuk melakukan evakuasi harus alat yang mudah dipindahkan atau mudah bergerak dan juga bisa menjadi media perawatan awal pada korban kecelakaan. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Jika mungkin, alat transportasi berupa ambulance atau kendaraan sejenis bisa menjadi media evakuasi korban kecelakaan.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

  1. Petugas P3K

Dikuti dari peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan kerja, rasio banyaknya petugas P3K pada petugas dengan resiko kecelakaan yang rendah, minimal memiliki 1 petugas yang akan menangani 150 pekerja. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Sementara bagi perusahaan yang mempunyai resiko kecelakaan kerja tinggi, paling tidak harus ada 1 petugas guna menangani tiap 100 pekerja pada perusahaan.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

Terdapat beberapa tujuan diperlukannya pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan di lingkungan kerja, yaitu sebagai berikut.

  1. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta menyelamatkan nyawa pekerja;

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan untuk mencapai tujuan ini, antara lain memberikan perhatian pada kondisi korban kecelakaan, melakukan RJP (Resusitasi Jantung & Paru) jika diperlukan, serta melakukan pengecekan jika ada pendarahan dan mengatasinya.

  1. Untuk melakukan pencegahan terhadap kondisi yang semakin memburuk

Pada tujuan ini, petugas P3K perlu melaksanakan diagnosis awal, memberikan penanganan pada korban yang memiliki kondisi terburuk, serta memperhatikan jika korban memiliki penyakit penyerta lain yang tidak terlihat.

  1. Mendorong serta menunjang proses penyembuhan

Petugas P3K selaku penanggung jawab pertolongan pertama pada kecelakaan perlu memberikan rasa aman dan juga mengurangi rasa sakit pada korban. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Petugas juga perlu melakukan Langkah pencegahan infeksi dan menyiapkan pertolongan medis serta transportasi bagi korban secara tepat.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

Berikut beberapa Tindakan yang perlu dilaksanakan pada P3K, antara lain:

  • Memanggil dokter sesegera mungkin setelah kecelakaan terjadi. Jika dokter tidak kunjung datang, maka antarkan segera korban menuju rumah sakit terdekat;
  • Menghentikan pendarahan yang terjadi;
  • Melakukan Langkah pencegahan terjadinya syok atau gangguan lain pada korban kecelakaan;
  • Melakukan pencegahan infeksi pada korban dengan memberikan penanganan luka terlebih dahulu.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

Selain Tindakan-tindakan yang dilakukan saat melakukan P3K, terdapat juga beberapa prinsip-prinsip P3K, yaitu sebagai berikut:

  • Selalu tenang serta hindari panik;
  • Siap memberikan pertolongan secara cepat dan juga tepat;
  • Sebelum memahami seberapa berat cedera yang dialami, jangan terburu-buru menggeser atau memindahkan korban dari titik kecelakaan;
  • Jika menemukan luka, usahakan korban tidak melihat karena bisa menimbulkan kepanikan pada korban;
  • Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker
  • Jika sudah mendapatkan pertolongan pertama, segera bawa korban menuju ke dokter, rumah sakit, maupun puskesmas agar mendapat penanganan lebih lanjut.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

Obat Untuk Mengatasi Luka Bakar

  1. Salah satu jenis obat ini yaitu salep yang berbahan dasar minyak ikan. Cara untuk menggunakannya yaitu dengan dioleskan pada permukaan luar luka bakar agar tidak semakin meradang dan bisa diatasi segera.
  2. Obat Untuk Menghilangkan Rasa Sakit

Terdapat berbagai jenis obat untuk membantu menghilangkan rasa sakit, antara lain minyak kayu putih, minyak angin, maupun balsem. Cara menggunakannya juga terbilang mudah, cukup dengan dioleskan di dada, leher, kening, perut, atau bisa juga dihirup aromanya.

Manfaat obat ini dapat membantu memberikan efek segar, menyamarkan rasa sakit, melegakan pernapasan, dan memberikan efek hangat pada tubuh.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

  1. Obat Untuk Mengatasi Luka Ringan

Cara untuk menggunakan jenis obat yang satu ini antara lain dengan membersihkan area yang terkena luka terlebih dahulu kemudian dapat langsung dioleskan pada luka tersebut. Manfaat obat ini yaitu untuk mempercepat proses penyembuhan luka yang timbul akibat tergores benda tajam dan sebagainya. Manfaatnya yaitu untuk menghindari terjadinya infeksi akibat luka gores tersebut.

Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker

Obat Untuk Menyadarkan Orang Yang Pingsan

Jenis obat yang biasanya menjadi kandungan utama yaitu amoniak cair. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker Cara menggunakannya juga mudah. Pelatihan & Sertifikasi P3k (K3 First Aid) BNSP Kemnaker cukup dengan membasahi permukaan kapas kemudian cukup didekatkan kepada hidung korban kecelakaan agar dihirup hingga korban tersebut sadar.