Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Makassar
Crane menjadi perangkat kerja yang sering terlihat dalam industri konstruksi. Tapi, alat ini juga dibutuhkan dalam industri pertambangan, manufaktur, pergudangan dan pelabuhan. Crane berguna untuk mengangkut dan memindahkan barang. Sehingga termasuk dalam kategori pesawat angkat angkut. Sertifikasi Kemnaker menjadi lisensi yang wajib dikantongi oleh operator dan petugas K3. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Makassar Kewajiban perusahaan memberikan Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) crane pada pekerja yang berhubungan dengan mesin crane.
Pendaftaran :
Telp 0811 8500 177
Whatsapp 0811 8500 177
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Makassar
Fungsi utama dari mesin crane ini untuk mengangkat dan mengangkut benda ke tempat lain. Akan tetapi, barang yang diangkat tidak berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Makassar Crane khusus dirancang untuk mengangkut beban berat. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Makassar Benda tersebut biasanya dibutuhkan pada berbagai keperluan industri. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Makassar Perlengkapan kerja yang termasuk dalam alat berat (heavy equipment) ini juga disebut dengan katrol. Pengoperasiannya menggunakan perpaduan antara sistem hidrolik dan pneumatik. Alat ini memiliki daya angkat yang sangat besar. Butuh orang yang kompeten untuk mengoperasikannya.
Pelatihan untuk Mempersiapkan Operasi Crane Putar Tetap (Pedestal Crane) bertujuan untuk memastikan bahwa operator memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengoperasikan crane dengan aman dan efisien. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pelatihan ini:
- Persyaratan Peserta
- Minimal pendidikan SMP/SMA atau sederajat
- Sehat jasmani dan rohani (dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan)
- Memiliki pemahaman dasar tentang mekanika dan kelistrikan (diutamakan)
- Memiliki pengalaman kerja di bidang pengoperasian alat berat (lebih baik)
- Materi Pelatihan
- Teori
- Pengenalan Crane Putar Tetap (Pedestal Crane)
- Definisi dan fungsi pedestal crane
- Komponen utama crane dan fungsinya
- Regulasi dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Pengoperasian Crane
- Peraturan perundang-undangan terkait crane
- Prosedur keselamatan sebelum, selama, dan setelah operasi
- Persiapan Operasi Crane
- Pemeriksaan kondisi crane sebelum digunakan
- Identifikasi potensi bahaya di area kerja
- Dasar-Dasar Mekanisme Crane
- Sistem hidrolik dan listrik pada crane
- Prinsip keseimbangan beban
- Komunikasi dalam Pengoperasian Crane
- Isyarat tangan dan radio komunikasi
- Koordinasi dengan rigger dan signalman
- Praktik
- Pemeriksaan Crane Sebelum Operasi
- Pengecekan sistem hidrolik, listrik, dan mekanik
- Pengecekan kelayakan tali kawat dan hook
- Simulasi Pengoperasian Crane
- Mengangkat dan memindahkan beban dengan aman
- Menyesuaikan kecepatan dan sudut putaran crane
- Penanganan Keadaan Darurat
- Prosedur saat terjadi malfungsi
- Tindakan saat terjadi kecelakaan kerja
- Evaluasi dan Sertifikasi
- Ujian Teori: Menguji pemahaman peserta terkait materi keselamatan dan teknik pengoperasian crane
- Ujian Praktik: Menguji keterampilan peserta dalam melakukan inspeksi dan mengoperasikan crane sesuai prosedur
- Sertifikasi: Peserta yang lulus akan mendapatkan sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang berlaku (misalnya dari BNSP atau lembaga terkait)
Pelatihan ini penting bagi siapa saja yang ingin bekerja sebagai operator Pedestal Crane untuk memastikan operasi yang aman, efisien, dan sesuai regulasi.
Pelatihan Mengoperasikan Crane Putar Tetap (Pedestal Crane)
Pelatihan ini bertujuan untuk membekali peserta dengan keterampilan dan pengetahuan dalam mengoperasikan Pedestal Crane secara aman dan efisien sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.
2. Materi Pelatihan
A. Teori
- Pengenalan Crane Putar Tetap (Pedestal Crane)
-
- Fungsi dan aplikasi crane dalam industri
- Jenis-jenis crane dan perbedaannya
- Komponen utama dan cara kerja crane
- Peraturan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Pengoperasian Crane
-
- Regulasi nasional dan internasional terkait crane (OSHA, ASME, SNI)
- Risiko dan potensi bahaya dalam penggunaan crane
- Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib digunakan
- Prosedur Lockout/Tagout (LOTO)
- Persiapan Sebelum Mengoperasikan Crane
-
- Pemeriksaan visual dan mekanik crane
- Mengecek sistem hidrolik dan kelistrikan
- Menyesuaikan dengan beban kerja dan kapasitas crane
- Prosedur komunikasi dengan rigger dan signalman
- Prinsip Kerja Crane
-
- Mekanisme pengangkatan dan pemindahan beban
- Prinsip keseimbangan dan pusat gravitasi beban
- Pengaruh cuaca terhadap operasi crane
- Prosedur Darurat dan Penanganan Kecelakaan
-
- Langkah-langkah saat terjadi kegagalan sistem
- Penanganan situasi darurat seperti putusnya sling atau kerusakan mekanis
- Simulasi prosedur evakuasi
B. Praktik
- Pemeriksaan Harian Crane
-
- Inspeksi komponen utama: boom, hook, sling, drum, dan winch
- Pengecekan sistem hidrolik, listrik, dan mekanik
- Simulasi Pengoperasian Crane
-
- Mengangkat dan memindahkan beban dengan aman
- Mengontrol pergerakan crane secara presisi
- Menggunakan berbagai mode operasi sesuai kebutuhan kerja
- Menghentikan dan menurunkan beban dengan aman
- Manuver dalam Area Kerja
-
- Menyesuaikan pergerakan crane dengan kondisi lingkungan
- Berkoordinasi dengan tim kerja untuk menghindari kecelakaan
- Menangani pekerjaan di area terbatas atau kondisi sulit
3. Evaluasi dan Sertifikasi
- Tes Teori: Menguji pemahaman peserta tentang regulasi, keselamatan, dan prinsip kerja crane
- Tes Praktik: Menguji keterampilan peserta dalam memeriksa, mengoperasikan, dan menangani crane secara langsung
- Sertifikasi: Peserta yang lulus akan mendapatkan sertifikat kompetensi dari lembaga terkait (BNSP atau instansi berwenang lainnya)
Manfaat Pelatihan
β
Meningkatkan kompetensi dalam pengoperasian crane
β
Memahami dan menerapkan standar keselamatan kerja (K3)
β
Mencegah kecelakaan dan meningkatkan efisiensi kerja
β
Memperoleh sertifikasi untuk bekerja di bidang pengoperasian crane
Pelatihan ini sangat penting bagi calon operator crane atau pekerja industri yang bertanggung jawab atas penggunaan Pedestal Crane dalam berbagai sektor seperti migas, pelabuhan, dan konstruksi berat. π§
Mengendalikan Beban Statis dan Dinamis pada Crane
Dalam operasi crane, memahami dan mengendalikan beban statis serta dinamis sangat penting untuk memastikan keselamatan dan efisiensi kerja. Kesalahan dalam perhitungan dan pengendalian beban dapat menyebabkan kecelakaan, kerusakan alat, atau bahkan kegagalan struktur.
1. Pengertian Beban Statis dan Dinamis
πΉ Beban Statis
Beban yang tetap diam atau tidak berubah selama operasi crane. Contohnya:
- Berat crane itu sendiri (self-weight)
- Beban yang diangkat dalam posisi diam
- Gaya gravitasi pada komponen crane
πΉ Beban Dinamis
Beban yang berubah akibat gerakan atau percepatan crane. Contohnya:
- Beban yang digerakkan secara mendadak
- Efek gaya inersia saat mengangkat, menurunkan, atau memindahkan beban
- Pengaruh angin, getaran, dan gelombang (terutama pada crane di lepas pantai)
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban pada Crane
β
Kapasitas Crane β Harus dipastikan sesuai dengan beban yang akan diangkat
β
Pusat Gravitasi Beban β Posisi beban harus stabil untuk mencegah ayunan berlebihan
β
Kecepatan dan Percepatan Pengangkatan β Gerakan yang terlalu cepat dapat meningkatkan beban dinamis
β
Sudut dan Jangkauan Boom β Semakin besar sudut dan jangkauan, semakin besar beban yang diterima crane
β
Kondisi Lingkungan β Cuaca, angin, dan getaran dapat meningkatkan risiko ketidakstabilan beban
3. Cara Mengendalikan Beban Statis dan Dinamis
A. Pengendalian Beban Statis
β
Pastikan crane berdiri pada permukaan yang stabil
β
Gunakan outrigger atau penyeimbang (counterweight) yang sesuai
β
Pastikan beban dalam kapasitas kerja crane (Safe Working Load / SWL)
β
Periksa titik angkat (lifting point) dan distribusi beban
B. Pengendalian Beban Dinamis
β
Angkat dan turunkan beban secara perlahan untuk mengurangi gaya inersia
β
Hindari perubahan arah yang tiba-tiba saat menggerakkan beban
β
Gunakan tali penyeimbang (tag line) untuk mengontrol ayunan beban
β
Perhatikan kecepatan angin, terutama jika bekerja di ketinggian atau area terbuka
β
Gunakan teknik “Soft Start & Stop” untuk mengurangi hentakan beban
4. Perhitungan Dasar untuk Mengendalikan Beban
1οΈβ£ Menghitung Gaya Tarik pada Sling
Dimana:
- F = Gaya tarik pada sling (N)
- W = Berat beban (kg atau Newton)
- n = Jumlah sling yang digunakan
- ΞΈ = Sudut kemiringan sling
2οΈβ£ Menghitung Faktor Keamanan (Safety Factor, SF)
Idealnya, SF β₯ 1,5 untuk mencegah risiko kegagalan struktur.
πΉ Beban statis bersifat tetap, sedangkan beban dinamis berubah akibat gerakan.
πΉ Kontrol pergerakan beban sangat penting untuk mencegah risiko kecelakaan.
πΉ Gunakan teknik yang aman, termasuk Soft Start & Stop, penggunaan tag line, dan penyesuaian boom.
πΉ Perhitungan beban harus dilakukan sebelum operasi untuk memastikan crane bekerja dalam kapasitas aman.
π§ Keselamatan adalah prioritas utama! Pastikan selalu mengikuti prosedur dan standar K3 saat mengoperasikan crane.
Kompetensi yang diajarkan dalam pelatihan crane biasanya mencakup keterampilan teknis, keselamatan, dan pemeliharaan alat berat. Berikut adalah beberapa kompetensi utama yang diperoleh dalam pelatihan crane:
- Kompetensi Dasar
- Memahami regulasi dan standar keselamatan kerja terkait pengoperasian crane (misalnya, OSHA, SNI, atau standar perusahaan).
- Mengidentifikasi jenis-jenis crane dan komponennya.
- Memahami prinsip kerja crane, termasuk mekanisme angkat, putar, dan pergerakan horizontal.
- Kompetensi Pengoperasian Crane
- Mempersiapkan crane sebelum operasi, termasuk pemeriksaan visual dan fungsional.
- Mengoperasikan crane dengan teknik yang benar dan aman.
- Mengendalikan beban statis dan dinamis sesuai dengan kapasitas crane.
- Menggunakan sinyal tangan dan komunikasi radio dalam koordinasi kerja.
- Menghitung dan mengontrol kapasitas beban (load chart).
- Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
- Menerapkan prosedur K3 saat mengoperasikan crane.
- Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai.
- Mengidentifikasi dan mencegah potensi bahaya dalam pengoperasian crane.
- Menerapkan prosedur darurat, seperti menangani kondisi cuaca ekstrem dan kegagalan sistem hidrolik.
- Kompetensi Pemeliharaan dan Inspeksi
- Melakukan inspeksi harian dan perawatan preventif pada crane.
- Mendeteksi dan melaporkan tanda-tanda keausan atau kerusakan pada komponen crane.
- Menjaga kebersihan dan kelayakan peralatan kerja.
- Mengatasi kebocoran oli dan masalah hidrolik.
- Kompetensi Administrasi dan Laporan Operasi
- Mempersiapkan laporan harian penggunaan crane.
- Melakukan pencatatan inspeksi dan pemeliharaan crane.
- Memahami prosedur izin kerja terkait penggunaan crane.
Jenis-Jenis Pelatihan Crane
- Pelatihan Operator Crane (Mobile Crane, Tower Crane, Overhead Crane, Pedestal Crane).
- Pelatihan Rigger & Signalman (Pengendali beban dan sinyal komunikasi).
- Pelatihan Inspektur Crane (Pemeriksaan dan audit peralatan crane).
Sertifikasi pelatihan biasanya dikeluarkan oleh lembaga seperti BNSP, Kemenaker, atau lembaga internasional seperti NCCCO tergantung kebutuhan industri.
- Pemeliharaan Harian (Daily Maintenance)
Dilakukan sebelum dan sesudah penggunaan crane untuk memastikan alat berfungsi dengan baik.
πΉ Pemeriksaan Visual
- Periksa apakah ada retakan, keausan, atau kebocoran pada komponen utama.
- Pastikan kabel sling atau rantai dalam kondisi baik tanpa serat putus atau berkarat.
- Cek hook (kait) apakah ada deformasi atau retak.
πΉ Pelumasan Komponen Bergerak
- Pastikan bagian-bagian yang bergerak, seperti bearing, pulley, dan girboks, diberi pelumas yang sesuai.
- Periksa apakah ada kebocoran oli pada sistem hidrolik atau gearbox.
πΉ Sistem Hidrolik
- Pastikan tidak ada kebocoran oli pada silinder dan selang hidrolik.
- Periksa tekanan hidrolik dan pastikan dalam batas yang ditentukan.
πΉ Sistem Kelistrikan
- Periksa kabel dan konektor untuk menghindari korsleting atau kabel terkelupas.
- Tes panel kontrol dan pastikan sensor serta saklar berfungsi dengan baik.
πΉ Sistem Pengereman dan Keamanan
- Uji rem utama dan rem darurat untuk memastikan crane dapat berhenti dengan aman.
- Pastikan alat keselamatan seperti limit switch, emergency stop, dan overload sensor berfungsi dengan benar.
- Pemeliharaan Berkala (Periodic Maintenance)
Dilakukan sesuai jadwal tertentu (mingguan, bulanan, atau tahunan) berdasarkan jam operasional crane.
β Pengecekan oli dan pelumas
- Ganti oli pada mesin, gearbox, dan sistem hidrolik sesuai rekomendasi pabrikan.
- Bersihkan filter oli dan pastikan tidak ada kontaminasi.
β Kalibrasi Sensor dan Sistem Keamanan
- Pastikan load sensor (sensor beban) bekerja akurat untuk menghindari overloading.
- Kalibrasi limit switch agar crane tidak melewati batas aman pergerakan.
β Pemeriksaan Struktur dan Rangka
- Inspeksi rangka utama untuk mendeteksi adanya karat atau keretakan.
- Periksa baut dan mur apakah masih terpasang dengan kuat.
β Uji Fungsi Operasional
- Lakukan pengujian angkat beban untuk memastikan crane dapat bekerja sesuai kapasitasnya.
- Uji rotasi dan pergerakan horizontal untuk memastikan kelancaran operasional.
- Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance)
Dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memastikan crane tetap dalam kondisi optimal.
π§ Ganti komponen yang sudah aus sebelum mengalami kegagalan total.
π§ Bersihkan sistem pendingin dan radiator agar mesin tidak mengalami overheating.
π§ Pastikan sistem bahan bakar bersih untuk menghindari penyumbatan pada injektor.
π§ Lakukan inspeksi tahunan oleh teknisi bersertifikat untuk memastikan keamanan alat.
- Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance)
Dilakukan jika terjadi kerusakan atau kegagalan fungsi.
π¨ Identifikasi masalah dengan mengecek kode error pada panel kontrol.
π¨ Perbaikan sistem kelistrikan, hidrolik, atau mekanik yang mengalami kerusakan.
π¨ Uji kembali crane setelah perbaikan untuk memastikan sudah berfungsi normal.
Pemeliharaan yang baik akan meningkatkan keselamatan kerja, mengurangi downtime, dan memperpanjang umur crane. Dengan melakukan pemeriksaan harian, pemeliharaan berkala, preventif, dan korektif, crane akan selalu siap digunakan dengan optimal. ππ§
Preventive Maintenance Crane
Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan) adalah tindakan perawatan yang dilakukan secara terjadwal untuk mencegah terjadinya kerusakan atau kegagalan pada crane. Tujuan utamanya adalah menjaga kinerja, keamanan, dan umur pakai crane agar tetap optimal serta menghindari downtime yang tidak terduga.
1. Jadwal Preventive Maintenance
Pemeliharaan ini harus dilakukan berdasarkan jam operasional crane atau sesuai dengan rekomendasi pabrikan:
πΉ Harian (Daily)
πΉ Mingguan (Weekly)
πΉ Bulanan (Monthly)
πΉ Tahunan (Annually)
Setiap jadwal memiliki fokus pemeliharaan yang berbeda, mulai dari pemeriksaan ringan hingga overhaul komponen utama.
2. Langkah-Langkah Preventive Maintenance
β Harian (Daily Maintenance)
Dilakukan sebelum dan sesudah pengoperasian crane untuk memastikan alat dalam kondisi prima.
π§ Pemeriksaan Visual
- Cek tali kawat baja (wire rope), rantai, dan hook dari kerusakan atau keausan.
- Periksa retakan atau deformasi pada boom dan struktur utama.
- Pastikan tidak ada kebocoran oli pada sistem hidrolik.
π§ Sistem Kelistrikan
- Cek kondisi baterai, kabel, dan konektor.
- Pastikan panel kontrol berfungsi dengan baik.
π§ Sistem Hidrolik & Pelumasan
- Periksa level oli hidrolik dan pastikan tidak ada kebocoran.
- Pastikan semua bagian bergerak mendapatkan pelumasan yang cukup.
π§ Sistem Rem & Keamanan
- Uji fungsi rem utama dan emergency brake.
- Pastikan safety switch, limit switch, dan overload sensor bekerja dengan baik.
β Mingguan (Weekly Maintenance)
- Bersihkan komponen utama crane dari debu, kotoran, atau oli berlebih.
- Periksa tegangan kabel listrik dan pastikan tidak ada kabel yang terkelupas.
- Tes sistem alarm dan emergency stop untuk memastikan masih berfungsi.
β Bulanan (Monthly Maintenance)
- Ganti oli hidrolik jika sudah berkurang atau terkontaminasi.
- Periksa struktur rangka crane apakah ada tanda keausan atau korosi.
- Uji beban ringan untuk memastikan fungsi pengangkatan berjalan lancar.
- Kalibrasi load sensor untuk memastikan crane tidak melebihi kapasitas angkat.
β Tahunan (Annual Maintenance)
- Overhaul sistem hidrolik, termasuk pengecekan pompa, selang, dan silinder hidrolik.
- Ganti oli gearbox dan hidrolik jika sudah melewati batas pemakaian.
- Pemeriksaan menyeluruh pada semua komponen struktur untuk mendeteksi kemungkinan kerusakan akibat fatigue atau korosi.
- Tes beban penuh (load test) untuk memastikan crane masih bekerja sesuai spesifikasi.
- Inspeksi oleh teknisi bersertifikat untuk memastikan kelayakan operasional.
3. Manfaat Preventive Maintenance
β
Mencegah kerusakan mendadak yang dapat menyebabkan kecelakaan.
β
Memperpanjang umur crane dengan mengurangi keausan pada komponen utama.
β
Meningkatkan efisiensi operasional dengan menghindari downtime tak terduga.
β
Mengurangi biaya perbaikan besar karena masalah sudah dideteksi lebih awal.
β
Memastikan keselamatan kerja sesuai dengan standar K3 dan regulasi industri.
Preventive maintenance adalah langkah penting dan wajib bagi operator crane untuk menjaga kinerja, keamanan, dan efisiensi alat. Dengan melakukan perawatan rutin mulai dari harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan, maka risiko kerusakan dapat diminimalkan dan crane dapat beroperasi dengan optimal dalam jangka panjang. ππ§
Overhaul Crane: Perbaikan Total untuk Kinerja Optimal
Overhaul crane adalah proses perbaikan total atau rekondisi crane untuk memastikan alat dapat beroperasi dengan aman, efisien, dan sesuai standar operasional. Overhaul biasanya dilakukan setelah jam operasi tertentu atau ketika terjadi penurunan performa signifikan.
1. Kapan Overhaul Crane Diperlukan?
π§ Setelah jam operasi tertentu (misalnya 10.000 β 20.000 jam, tergantung rekomendasi pabrikan).
π§ Jika performa menurun, seperti gerakan lambat, suara tidak normal, atau daya angkat berkurang.
π§ Adanya keausan atau kerusakan serius pada komponen utama.
π§ Untuk memenuhi regulasi dan sertifikasi keselamatan kerja.
π§ Sebagai bagian dari program maintenance tahunan atau inspeksi rutin.
2. Langkah-Langkah Overhaul Crane
β 1. Pemeriksaan Awal (Initial Inspection)
π Evaluasi seluruh komponen crane, termasuk struktur, mekanik, dan sistem listrik.
π Cek tingkat keausan pada girboks, motor, rem, dan wire rope.
π Identifikasi bagian yang perlu diperbaiki, diganti, atau dikalibrasi.
β 2. Pembongkaran dan Pembersihan Komponen
π Membongkar komponen utama seperti motor penggerak, gearbox, sistem hidrolik, dan rem.
π Membersihkan bagian yang mengalami kotoran berlebih, korosi, atau tumpahan oli.
π Menghilangkan karat pada bagian logam dengan sandblasting atau chemical treatment.
β 3. Pemeriksaan & Perbaikan Komponen Mekanik
β Wire Rope & Hook
- Periksa kondisi tali baja (wire rope), apakah sudah aus atau terpuntir.
- Cek hook dan swivel, ganti jika ada retakan atau deformasi.
β Gearbox & Bearing
- Buka dan periksa gear serta bearing, bersihkan dan lumasi kembali.
- Ganti oli gearbox untuk mencegah gesekan berlebih.
β Rem dan Kopling
- Uji kekuatan rem utama dan rem darurat.
- Sesuaikan atau ganti kampas rem jika sudah aus.
β Boom & Struktur Crane
- Periksa deformasi, retakan, atau korosi pada boom.
- Las ulang atau ganti bagian struktur yang lemah.
β 4. Pemeriksaan & Perbaikan Sistem Hidrolik
π§ Selang & Pipa Hidrolik
- Cek apakah ada kebocoran atau selang yang retak.
- Ganti filter dan oli hidrolik untuk memastikan tekanan stabil.
π§ Pompa & Silinder Hidrolik
- Uji tekanan pompa dan pergerakan silinder.
- Perbaiki atau ganti jika ada kebocoran atau kelemahan pada tekanan kerja.
β 5. Pemeriksaan & Perbaikan Sistem Elektrik
β‘ Motor & Panel Kontrol
- Cek kondisi motor listrik dan pastikan tidak ada arus berlebih.
- Bersihkan kabel dan konektor, ganti jika ada kerusakan atau korsleting.
β‘ Sensor & Safety System
- Kalibrasi limit switch, overload sensor, dan emergency stop.
- Pastikan semua indikator dan alarm keselamatan berfungsi dengan baik.
β 6. Pengujian & Kalibrasi
π Tes beban ringan untuk memastikan semua sistem bekerja normal.
π Tes beban penuh (Load Test) sesuai spesifikasi crane untuk menguji kekuatan dan keseimbangan.
π Kalibrasi sensor dan sistem pengaman agar sesuai dengan standar keselamatan kerja.
β 7. Finishing & Sertifikasi
π Dokumentasi hasil overhaul, termasuk komponen yang diperbaiki dan diganti.
π Pengecatan ulang jika diperlukan untuk perlindungan dari korosi.
π Pemeriksaan akhir oleh teknisi bersertifikat untuk mendapatkan izin operasi kembali.
3. Manfaat Overhaul Crane
β
Memastikan keamanan operator dan lingkungan kerja.
β
Meningkatkan efisiensi dan performa crane.
β
Mencegah downtime akibat kerusakan mendadak.
β
Memperpanjang umur operasional crane.
β
Memenuhi standar regulasi dan sertifikasi K3.
Overhaul crane adalah langkah penting untuk menjaga performa, keamanan, dan umur pakai alat. Dengan pemeriksaan menyeluruh, perbaikan, penggantian komponen, serta pengujian yang ketat, crane dapat kembali beroperasi secara optimal sesuai standar keselamatan kerja. π§π§ Keselamatan kerja dalam pengoperasian crane sangat penting untuk mencegah kecelakaan dan memastikan efisiensi kerja. Berikut adalah langkah-langkah keselamatan kerja yang harus diterapkan saat bekerja dengan crane.
1. Persyaratan Umum Keselamatan Crane
β
Operator harus bersertifikat dan terlatih sesuai standar K3.
β
Pemeriksaan harian sebelum operasi untuk memastikan crane dalam kondisi baik.
β
Area kerja harus aman dari hambatan, pekerja, dan peralatan lain.
β
Beban yang diangkat harus sesuai kapasitas crane (tidak melebihi batas maksimal).
β
Komunikasi yang jelas antara operator, rigger, dan signalman saat operasi berlangsung.
β
Penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti helm, sarung tangan, sepatu safety, dan rompi reflektif.
2. Pemeriksaan Sebelum Pengoperasian
π Pemeriksaan Visual
β Periksa kondisi sling, wire rope, dan hook dari kerusakan atau keausan.
β Pastikan rem, limit switch, dan sensor beban berfungsi dengan baik.
β Periksa sistem hidrolik untuk menghindari kebocoran oli.
β Pastikan alat pemadam kebakaran tersedia di area kerja crane.
π Pemeriksaan Fungsi Crane
β Uji coba pergerakan crane sebelum mengangkat beban.
β Pastikan semua kontrol berfungsi dengan baik.
β Cek sinyal dan alarm keselamatan.
3. Langkah-Langkah Pengoperasian yang Aman
β a. Sebelum Mengangkat Beban
π Pastikan crane berada di permukaan stabil dan rata.
π Gunakan outrigger atau counterweight jika diperlukan.
π Pastikan beban sudah diikat dengan benar dan menggunakan rigging yang sesuai.
π Pastikan tidak ada pekerja atau material di bawah beban sebelum mengangkatnya.
β b. Saat Mengangkat Beban
π Angkat beban secara perlahan dan stabil untuk menghindari guncangan.
π¨ Gunakan signalman atau rigger untuk memberikan arahan kepada operator.
β Jangan pernah mengayunkan atau memutar beban secara tiba-tiba.
π Hindari mengangkat beban di atas kepala pekerja.
β c. Saat Menurunkan Beban
π Turunkan beban secara perlahan untuk menghindari benturan keras.
π Pastikan area pendaratan sudah disiapkan dengan benar.
π Gunakan rigger untuk memandu beban ke posisi yang aman.
4. Bahaya dalam Pengoperasian Crane & Cara Mencegahnya
β Overload (beban melebihi kapasitas crane)
β‘ Selalu periksa kapasitas beban crane dan jangan melebihi batas maksimum.
β Crane terguling
β‘ Pastikan tanah atau permukaan kerja stabil dan gunakan outrigger dengan benar.
β Kegagalan mekanis (kerusakan rem, kabel, atau hidrolik)
β‘ Lakukan inspeksi rutin dan jangan gunakan crane jika ada indikasi kerusakan.
β Sling atau wire rope putus
β‘ Gunakan sling yang sesuai dan periksa apakah ada tanda keausan atau kerusakan sebelum digunakan.
β Kecelakaan akibat kesalahan komunikasi
β‘ Gunakan signalman atau radio komunikasi yang jelas antara operator dan pekerja di lapangan.
5. Prosedur Darurat dalam Pengoperasian Crane
π¨ Jika crane mengalami kegagalan mekanis:
π΄ Segera hentikan operasi dan amankan area kerja.
π΄ Laporkan kepada tim teknis untuk perbaikan sebelum digunakan kembali.
π¨ Jika terjadi kontak dengan listrik:
π΄ Jangan menyentuh crane atau beban sampai listrik dimatikan.
π΄ Evakuasi area dan hubungi tim listrik atau pemadam kebakaran.
π¨ Jika terjadi kecelakaan atau cedera:
π΄ Segera beri pertolongan pertama kepada korban.
π΄ Laporkan kejadian ke supervisor atau tim K3.
π΄ Dokumentasikan kejadian untuk analisis dan pencegahan di masa mendatang.
Keselamatan kerja dalam pengoperasian crane harus menjadi prioritas utama. Dengan inspeksi rutin, penggunaan APD, komunikasi yang baik, serta prosedur operasi yang aman, kecelakaan dapat dicegah dan efisiensi kerja dapat ditingkatkan. Menurunkan beban dengan crane harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah kecelakaan, kerusakan peralatan, atau cedera pada pekerja. Berikut adalah langkah-langkah aman dalam proses penurunan beban dengan crane.
1. Persiapan Sebelum Menurunkan Beban
β Periksa area penurunan beban
- Pastikan permukaan datar, stabil, dan bebas dari rintangan.
- Pastikan tidak ada pekerja yang berada di bawah atau dekat titik pendaratan.
β Gunakan signalman atau rigger
- Signalman harus memberi isyarat yang jelas kepada operator crane.
- Gunakan komunikasi radio atau isyarat tangan sesuai standar K3.
β Pastikan crane dalam kondisi stabil
- Jika perlu, gunakan outrigger atau counterweight untuk menjaga keseimbangan crane.
- Pastikan tidak ada angin kencang atau kondisi cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi operasi.
β Periksa beban dan alat rigging
- Pastikan beban dalam kondisi baik, tidak ada bagian yang goyah atau longgar.
- Pastikan sling, wire rope, dan hook dalam kondisi aman sebelum mulai menurunkan.
2. Prosedur Menurunkan Beban dengan Aman
β a. Turunkan Beban Secara Bertahap
π Gunakan kontrol crane secara perlahan dan hindari gerakan mendadak.
π Jangan menurunkan beban terlalu cepat untuk menghindari benturan keras.
π Gunakan rem secara bertahap untuk menjaga kestabilan beban.
β b. Pastikan Beban Tetap Stabil
πΉ Hindari ayunan beban dengan menyesuaikan kecepatan penurunan.
πΉ Gunakan tali pemandu (tagline) untuk mengendalikan posisi beban jika diperlukan.
πΉ Pastikan beban sejajar dengan titik pendaratan sebelum benar-benar menyentuh tanah.
β c. Pendaratan Beban
π Turunkan beban perlahan hingga menyentuh permukaan dengan stabil.
π Pastikan beban benar-benar berhenti bergerak sebelum melepas rigging.
π Periksa apakah beban sudah berada dalam posisi yang benar sebelum melepaskan sling atau hook.
3. Hal yang Harus Dihindari Saat Menurunkan Beban
β Menurunkan beban dengan kecepatan tinggi β dapat menyebabkan benturan keras dan merusak beban atau crane.
β Melepaskan hook sebelum beban benar-benar stabil β bisa menyebabkan beban terguling atau jatuh tiba-tiba.
β Mengayunkan beban secara sengaja β bisa berisiko bagi pekerja di sekitar.
β Mengangkat kembali beban secara tiba-tiba setelah hampir menyentuh tanah β bisa menyebabkan guncangan pada crane.
4. Tindakan Darurat Jika Terjadi Masalah
π¨ Jika beban mulai bergoyang tidak terkendali:
π΄ Hentikan operasi crane dan biarkan beban berhenti bergerak sebelum melanjutkan.
π΄ Gunakan tagline untuk mengendalikan beban.
π¨ Jika ada pekerja berada di bawah beban:
π΄ Hentikan operasi segera dan peringatkan pekerja untuk menjauh.
π΄ Jangan lanjutkan operasi sebelum area benar-benar aman.
π¨ Jika terjadi gangguan mekanis pada crane:
π΄ Jangan memaksakan operasi, segera laporkan ke teknisi untuk inspeksi dan perbaikan.
Menurunkan beban dengan crane harus dilakukan secara perlahan, stabil, dan aman. Dengan persiapan yang baik, komunikasi yang jelas, dan teknik penurunan yang tepat, risiko kecelakaan dapat diminimalkan. π§πͺ Menaikkan beban dengan crane memerlukan perhatian ekstra untuk memastikan keselamatan pekerja, mencegah kecelakaan, dan menghindari kerusakan pada peralatan. Berikut adalah langkah-langkah aman yang harus dilakukan.
1. Persiapan Sebelum Menaikkan Beban
β Periksa kondisi crane
- Pastikan crane dalam kondisi baik, termasuk sistem hidrolik, rem, dan kabel sling.
- Lakukan inspeksi sebelum operasi untuk mendeteksi potensi masalah.
β Periksa area kerja
- Pastikan area sekitar crane bebas dari hambatan.
- Hindari menaikkan beban di dekat kabel listrik atau bangunan tinggi.
β Pastikan beban sudah benar-benar siap
- Periksa berat beban agar tidak melebihi kapasitas crane.
- Gunakan sling, hook, dan alat rigging yang sesuai dengan berat beban.
- Pastikan beban terikat dengan kuat dan seimbang sebelum diangkat.
β Gunakan signalman atau rigger
- Operator crane harus bekerja sama dengan signalman untuk komunikasi yang jelas.
- Gunakan isyarat tangan atau radio untuk memastikan koordinasi yang baik.
β Pastikan keseimbangan crane
- Gunakan outrigger atau counterweight untuk menjaga kestabilan crane.
- Jangan mengangkat beban jika permukaan tanah tidak stabil atau ada kemiringan berlebihan.
2. Prosedur Menaikkan Beban dengan Aman
β a. Angkat Beban Secara Bertahap
π Lakukan pengangkatan dengan perlahan untuk menghindari guncangan.
π Gunakan kecepatan yang stabil saat mulai mengangkat beban dari tanah.
π Jangan langsung mengangkat beban tinggi sebelum memastikan stabilitasnya.
β b. Pastikan Beban Stabil Saat Diangkat
πΉ Hindari ayunan beban dengan memastikan beban dalam posisi lurus sebelum mulai naik.
πΉ Gunakan tagline (tali pemandu) jika perlu untuk mengendalikan posisi beban.
πΉ Jangan mengangkat beban secara mendadak, karena bisa menyebabkan tekanan berlebih pada crane.
β c. Pastikan Jalur Pengangkatan Aman
π Jangan ada pekerja di bawah jalur pengangkatan.
π Periksa apakah ada hambatan di atas crane sebelum mulai menaikkan beban.
π Jaga jarak aman dengan kabel listrik atau bangunan sekitar.
3. Hal yang Harus Dihindari Saat Menaikkan Beban
β Mengangkat beban melebihi kapasitas crane β dapat menyebabkan crane terbalik atau kabel putus.
β Mengangkat beban dengan posisi miring β dapat menyebabkan beban jatuh atau crane kehilangan keseimbangan.
β Melakukan gerakan mendadak β bisa menyebabkan beban bergoyang atau terlepas.
β Mengoperasikan crane dalam kondisi angin kencang β dapat membuat beban sulit dikendalikan.
β Mengangkat beban tanpa menggunakan alat rigging yang sesuai β dapat menyebabkan beban terlepas.
4. Tindakan Darurat Jika Terjadi Masalah
π¨ Jika beban mulai bergoyang tidak terkendali:
π΄ Hentikan operasi segera dan biarkan beban stabil sebelum melanjutkan.
π΄ Gunakan tagline untuk membantu mengendalikan posisi beban.
π¨ Jika ada pekerja di bawah beban yang sedang diangkat:
π΄ Hentikan pengangkatan segera dan beri peringatan kepada pekerja untuk menjauh.
π¨ Jika terjadi gangguan teknis pada crane:
π΄ Jangan memaksakan operasi, segera laporkan kepada teknisi untuk inspeksi dan perbaikan.
Menaikkan beban dengan crane harus dilakukan dengan hati-hati, perlahan, dan stabil. Dengan persiapan yang matang, komunikasi yang baik, dan teknik pengangkatan yang benar, risiko kecelakaan dapat diminimalkan. π§πͺ
Drift hook yang bergoyang saat operasi crane bisa membahayakan pekerja, merusak peralatan, dan menyebabkan beban tidak stabil. Berikut adalah langkah-langkah untuk mengendalikan dan mencegah drift hook bergoyang saat digunakan.
1. Penyebab Drift Hook Bergoyang
β
Gerakan crane yang terlalu cepat atau mendadak β menyebabkan beban dan hook mengalami ayunan.
β
Angin kencang β dapat mendorong beban dan membuatnya tidak stabil.
β
Beban tidak terpasang dengan baik β dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan goyangan saat diangkat.
β
Pergeseran pusat gravitasi crane β jika beban tidak berada di posisi tengah, dapat menimbulkan ayunan.
β
Kurangnya kontrol saat mengangkat atau menurunkan beban β pengangkatan yang tidak stabil akan membuat hook bergerak tak terkendali.
2. Cara Mengendalikan Drift Hook yang Bergoyang
β a. Gunakan Teknik Pengangkatan yang Halus dan Bertahap
- Angkat beban perlahan untuk menghindari hentakan yang memicu ayunan.
- Hindari gerakan mendadak pada saat mengangkat atau memindahkan beban.
β b. Gunakan Tagline (Tali Kendali)
- Pasang tagline pada beban untuk mengendalikan arah dan mencegah goyangan.
- Pastikan pekerja yang memegang tagline berada pada posisi aman dan tidak terlalu dekat dengan crane.
β c. Hindari Pengoperasian dalam Angin Kencang
- Jangan mengoperasikan crane jika angin melebihi batas aman yang direkomendasikan pabrikan.
- Jika tetap harus bekerja, gunakan alat pengaman tambahan seperti tagline lebih panjang.
β d. Pastikan Beban Terseimbang dan Terpasang dengan Benar
- Pastikan rigging dan sling sudah benar untuk menjaga kestabilan beban.
- Gunakan spreader bar jika beban panjang untuk mendistribusikan berat dengan merata.
β e. Gunakan Teknik Ayunan Berlawanan (Counter Swinging)
- Jika hook sudah mulai bergoyang, lakukan pergerakan crane yang berlawanan arah secara perlahan untuk mengurangi ayunan.
- Jangan menghentikan crane secara tiba-tiba, karena bisa memperburuk goyangan.
β f. Gunakan Crane dengan Anti-Sway System (Jika Ada)
- Beberapa crane modern memiliki sistem pengendalian ayunan otomatis yang membantu menstabilkan drift hook.
- Jika tersedia, aktifkan fitur ini untuk mengurangi goyangan secara otomatis.
3. Tindakan Darurat Jika Drift Hook Tidak Terkendali
π¨ Hentikan operasi segera jika:
π΄ Goyangan semakin besar dan tidak terkendali.
π΄ Ada pekerja yang berada di area bahaya.
π΄ Beban menunjukkan tanda-tanda tidak aman, seperti geser atau hampir jatuh.
π¨ Cara Menghentikan Ayunan Hook yang Tidak Terkendali:
β Kurangi kecepatan crane dan biarkan beban stabil sebelum melanjutkan.
β Gunakan tagline untuk menahan goyangan jika memungkinkan.
β Jika perlu, turunkan beban secara perlahan ke tanah untuk menghentikan ayunan sepenuhnya.
Mengendalikan drift hook yang bergoyang membutuhkan teknik operasi crane yang benar, penggunaan alat bantu seperti tagline, dan kesabaran dalam mengontrol pergerakan crane. Dengan persiapan yang matang dan tindakan yang tepat, risiko kecelakaan akibat hook yang bergoyang dapat diminimalkan. π§πͺ
Cara Menghitung Beban Saat Diangkat dengan Crane
Sebelum mengangkat beban menggunakan crane, penting untuk menghitung berat total beban dan memastikan crane dapat mengangkatnya dengan aman. Perhitungan ini melibatkan berbagai faktor, termasuk berat beban, titik angkat, panjang boom, dan sudut pengangkatan.
1. Rumus Dasar Perhitungan Beban pada Crane
Berat beban yang dapat diangkat oleh crane dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi rumus dasarnya adalah:
Di mana:
- F = Gaya atau beban efektif yang ditanggung crane (kg atau ton)
- W = Berat beban (kg atau ton)
- L = Jarak titik angkat dari sumbu putar (m)
- R = Jarak radius kerja crane (m)
2. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan
β
Berat Beban β Harus diketahui sebelum pengangkatan. Bisa dicek di spesifikasi pabrik atau ditimbang jika memungkinkan.
β
Berat Rigging (Sling, Hook, dll.) β Harus ditambahkan ke total berat beban.
β
Jarak Radius (Boom Radius) β Semakin panjang boom, semakin kecil kapasitas angkatnya.
β
Sudut Boom (Lift Angle) β Sudut lebih besar = lebih stabil, sudut lebih kecil = lebih sulit diangkat.
β
Faktor Angin β Jika bekerja di luar ruangan, angin dapat memberikan gaya tambahan yang mempengaruhi kestabilan beban.
β
Pusat Gravitasi Beban β Harus seimbang agar tidak miring saat diangkat.
3. Contoh Perhitungan
Misalkan kita ingin mengangkat beban 5.000 kg dengan crane yang memiliki radius kerja 10 meter dan panjang boom 15 meter.
Artinya, crane harus mampu menangani beban 7.500 kg pada radius 10 meter. Jika crane hanya mampu mengangkat 7.000 kg pada radius tersebut, maka:
β Beban terlalu berat β harus menggunakan crane yang lebih besar atau memperpendek radius.
β
Jika crane mampu mengangkat 7.500 kg β pengangkatan bisa dilakukan dengan aman.
4. Cara Mengetahui Kapasitas Crane
1οΈβ£ Lihat Load Chart (Tabel Kapasitas Crane)
- Setiap crane memiliki load chart yang menunjukkan kapasitas angkat pada berbagai sudut dan radius.
- Pastikan beban yang akan diangkat berada dalam batas aman crane sesuai dengan tabel ini.
2οΈβ£ Periksa Faktor Keamanan (Safety Factor)
- Biasanya, beban maksimum yang diizinkan dihitung dengan faktor keamanan 1,25 β 1,5 kali dari kapasitas angkat crane.
- Jangan pernah mengangkat beban mendekati batas maksimum crane untuk menghindari kecelakaan.
3οΈβ£ Gunakan Alat Pengukur Beban (Load Indicator Sensor)
- Beberapa crane modern memiliki sensor beban otomatis untuk membantu memastikan pengangkatan aman.
π Pastikan mengetahui berat total beban sebelum mengangkat.
π Gunakan rumus dasar untuk menghitung beban yang ditanggung crane.
π Periksa radius kerja dan load chart crane untuk mengetahui kapasitas maksimum.
π Tambahkan faktor keamanan agar tidak mengangkat beban terlalu berat.
π Gunakan alat bantu seperti Load Indicator untuk meningkatkan keamanan.
π§ Keselamatan adalah prioritas utama! Jangan pernah mengangkat beban jika ragu dengan kapasitas crane yang digunakan. ππͺ
Tindakan Apabila Listrik Mati pada Crane
Ketika terjadi pemadaman listrik saat crane sedang beroperasi, sangat penting untuk mengikuti prosedur keselamatan agar tidak terjadi kecelakaan atau kerusakan peralatan. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Tetap Tenang dan Pastikan Keselamatan
β
Jangan panik, tetap tenang dan evaluasi situasi.
β
Pastikan tidak ada orang yang berada di bawah beban yang sedang diangkat.
β
Jangan mencoba mengoperasikan crane secara manual sebelum mengevaluasi penyebabnya.
2. Amankan Beban yang Sedang Digantung
Jika listrik mati saat beban masih tergantung di udara:
πΉ Jangan meninggalkan crane dalam keadaan tergantungβgunakan rem darurat jika tersedia.
πΉ Jika crane memiliki sistem penahanan beban otomatis, pastikan mekanisme ini bekerja dengan baik.
πΉ Jangan mencoba menurunkan beban dengan cara manual jika tidak ada prosedur darurat yang disetujui.
3. Gunakan Sistem Rem Darurat (Emergency Brake)
Kebanyakan crane modern memiliki rem darurat yang akan menahan beban secara otomatis ketika listrik padam.
πΉ Jika sistem rem tidak bekerja dengan baik, segera laporkan kepada teknisi atau supervisor.
πΉ Jika ada sistem penurunan beban darurat, gunakan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan.
4. Periksa Sumber Daya Listrik dan Panel Kontrol
πΉ Pastikan listrik utama padam dan bukan hanya gangguan pada crane.
πΉ Periksa panel kontrol untuk melihat apakah ada indikasi masalah kelistrikan.
πΉ Jika crane menggunakan UPS (Uninterruptible Power Supply) atau genset cadangan, periksa apakah sistem ini aktif dan dapat digunakan.
5. Hubungi Teknisi atau Supervisor
πΉ Jangan mencoba memperbaiki sendiri jika tidak memiliki keahlian listrik.
πΉ Segera laporkan kepada teknisi atau tim pemeliharaan.
πΉ Tunggu hingga listrik kembali stabil sebelum melanjutkan pekerjaan.
6. Restart Crane dengan Aman Setelah Listrik Kembali
πΉ Pastikan tidak ada gangguan atau indikasi kerusakan pada sistem kelistrikan crane.
πΉ Lakukan pengujian ringan sebelum mengangkat beban berat kembali.
πΉ Periksa apakah sistem kontrol dan motor crane bekerja normal sebelum digunakan sepenuhnya.
π Tetap tenang dan amankan area kerja.
π Pastikan beban tidak jatuh dengan menggunakan rem darurat.
π Periksa panel listrik dan hubungi teknisi jika perlu.
π Jangan mencoba menurunkan atau mengangkat beban secara manual tanpa prosedur yang benar.
π Lakukan inspeksi sebelum mengoperasikan crane kembali setelah listrik pulih.
π§ Keselamatan adalah prioritas utama! Jangan mengambil risiko yang dapat membahayakan pekerja atau peralatan. πβ οΈ
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Makassar
Pekerjaan sebagai operator atau teknisi crane bukan perkara mudah. Pengoperasian alat ini membutuhkan kemampuan teknis. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Karena terdiri dari sistem yang tersusun secara kompleks. Kompetensi dari para pekerjanya menjadi sangat penting.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Setiap pekerja membutuhkan pelatihan teknis dan K3 yang mumpuni. Tanpa bekal Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) crane, operator tidak diperbolehkan menjalankan alat berat ini. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Tujuan pelatihan ini tidak merugikan bagi pekerja maupun perusahaan. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Pelatihan K3 bagi operator crane merupakan bagian dari UU dan Peraturan Pemerintah. Aturan ini dibuat sebagai upaya melindungi seluruh pekerja dari kecelakaan kerja. Bahkan dalam peraturan yang diterbitkan, menjelaskan kewajiban training K3 Kemnaker. Pelatihan ini ditujukan pada pekerja dan ahli K3. Berikut ini dasar hukum yang relevan dengan K3 crane.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Undang-Undang No. 01 Tahun 1970
UU No. 01 Tahun 1970 berisi tentang Keselamatan kerja di seluruh area kerja. Baik itu di darat, laut maupun udara. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Selama wilayah tersebut berada dalam kekuasaan Republik Indonesia. UU ini membahas keseluruhan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Dari ini terdapat perubahan prinsipil yang ditujukan menjadi tindakan pencegahan. Jika dibandingkan dengan aturan lama, UU ini bayak memiliki perubahan penting. Perumusan teknis dibuat lebih tegas dengan menambahkan aturan terhadap pembinaan sistem K3 pada area kerja.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Permenaker No. 01/Men/1989 Pada peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan ini berisi tentang kualifikasi dan syarat untuk menjadi operator keran angkat. Peraturan ini dibuat karena penggunaan alat pengangkut yang bertambah pada dunia industri. Sementara alat ini dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Pengoperasiannya harus dilakukan oleh tenaga yang memenuhi syarat dan kompeten. Salah satunya Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) crane untuk operator mesin pengangkut berkatrol. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Dengan begitu, pekerja tersebut dapat mengantongi sertifikasi Kemnaker secara resmi.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Permenaker No. 05/Men/1985 Crane termasuk dalam kategori pesawat angkat angkut. Ini telah dibahas dalam Permenaker No. 05/Men/1985. Dalam peraturan tersebut, disebutkan kategori alat angkat angkut yang biasa digunakan dalam industri. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Ketetapan pemerintah ini juga menyangkut soal perencanaan hingga perawatan pesawat angkat angkut. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Peralatan angkat angkut, seperti crane harus mendapatkan pengawasan dari ahli K3. Begitu juga operator yang menjalankan harus memiliki sertifikasi Kemnaker. Dalam hal ini, perusahaan wajib memfasilitasi pekerja dengan Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Crane.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Permenaker No. 09/Men/2010 Permenaker No. 09/Men/2010 membahas tentang operator dan petugas pesawat angkat angku. Termasuk didalamnya alat crane. Disebutkan kewajiban dan tugas operator alat angkat angkut. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Poin utama pada peraturan ini dari segi pekerjanya. Peraturan ini mengatur syarat-syarat dan kualifikasi menjadi petugas angkat angkut. Pemerintah menghimbau agar operator mengikuti Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Crane. Sudah menjadi Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi syarat mutlak bagi perusahaan untuk memperkerjakan operator yang lolos sertifikasi Kemnaker. Jika tidak, maka akan dikenai sanksi. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Pekerja Mengoperasikan alat berat memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Karena jenis alat ini bekerja menggunakan teknik yang sistematis. Juga memiliki teknologi mekanik. Jelas, orang yang memiliki ilmu pada bidang ini pasti harus mengetahui prinsipnya. Melalui Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Crane, pekerja akan dibimbing menjadi operator yang kompeten. Dengan sertifikasi Kemnaker, membuktikan pekerja layak mengoperasikan mesin berat tersebut.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Mengurangi Angka Kecelakaan Kerja Melalui Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Crane, akan dibahas cara bekerja berdasarkan prosedur. Ini dapat menghindarkan diri dari potensi bahaya saat mengoperasikan crane. Operator akan memahami tahap pengoperasian yang aman. Sehingga Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi kelalaian dalam bekerja dapat dicegah. Karena sebagaian besar kecelakaan yang disebabkan oleh manusia sumbernya dari kelalaian. Sertifikasi Kemnaker menjadi syarat yang harus dimiliki sebelum bertugas.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Melaksanakan Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Bekerja secara aman menjadi tanggung jawab seluruh lapisan. Baik pemerintah, pekerja dan pengusaha harus memikirkan K3. Upaya yang bisa dilakukan adalah mengikuti Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) crane. Peserta Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi harus lolos uji sertifikasi Kemnaker sebagai bukti kelayakan kompetensi. Karena dalam pelatihan ini poin keselamatan sangat ditekankan. Sehingga kemanan di area kerja dapat tercipta.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Mendapatkan Lisensi Resmi Seorang pekerja yang sudah bisa mengoperasikancrane tidak diperbolehkan terjun ke lapangan begitu saja. Ada syarat wajib yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Pemerintah telah menjadikan sertifikasi Kemnaker sebagai surat ijin resmi bertugas. Untuk mendapatkan ini, pekerja perlu mengikuti Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) crane terlebih dahulu. Lisensi resmi ini hanya dikeluarkan oleh pemerintah.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Crane memiliki berbagai jenis. Setiap sektor industri membutuhkan tipe crane yang berbeda. Penggunaan crane ini bergantung pada kebutuhan perusahaan. Ini menyebabkan terjadinya pembagian kelas pada operator crane. Untuk pelaksanaan training K3 Kemnaker Crane juga disesuaikan dengan keahlian pekerja. Jika mampu mengoperasikan beberapa mesin, maka harus mengikuti lebih dari satu sertifikasi Kemnaker. Berikut ini pembagian kelas K3 crane.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Kelas 1 Dalam UU telah dijelaskan, K3 operator crane bertugas mengoperasikan pesawat angkat angkut yang sesuai jenisnya. Kapasitas crane lebih dari 100 ton. Dengan tinggi menara pesawat lebih dari 60 meter. Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Crane ini merupakan kelas tertinggi. Sehingga kompetensi yang perlu dilalui lebih besar. Sertifikasi Kemnaker perlu dikantongi. Karena juga berwenang dalam membimbing dan mengawasi operator kelas 2 dan 3.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Kategori kelas 2 mengoperasikan jenis crane yang lebih ringan dari kelas 3. Dengan kapasitas crane lebih dari 25 ton, tapi kurang dari 100 ton. Ketinggian menara dibatasi dari 40 meter sampai 60 meter. Meski begitu, peserta harus mengikuti Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) crane dengan serius. Karena sertifikasi Kemnaker ini dapat membuktikan kelayakan kemampuan. Terlebih lagi, operator kelas 2 sudah diberi tugas untuk mendampingi dan membimbing operator kelas 3.
Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi
Operator crane kelas 3 bertugas mengoperasikan pesawat angkat angkut berkapasitas kurang dari 25 ton. Dengan tinggi menara mencapai 40 meter. Training K3 Kemnaker crane akan membantu operator bekerja dengan aman. Juga berkesempatan mendapatkan sertifikasi Kemnaker resmi dari pemerintah. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Training K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Crane ini ditujukan pada pekerja yang sudah bisa mengoperasikan mesin berat ini. Karena sertifikasi Kemnaker akan diberikan kepada pekerja yang sudah berpengalaman dan kompeten di bidangnya. Pelatihan Operator Crane(Sertifikasi) Resmi Kelas yang diikuti pun harus sesuai dengan jenis crane yang dioperasikan. Karena lisensi hanya diberikan sesuai dengan keahlian.