Pelatihan BOSIET T-BOSIET HUET & SEA SURVIVAL Nusa Tenggara Barat NTB

Pelatihan BOSIET T-BOSIET HUET & SEA SURVIVAL Nusa Tenggara Barat NTB

Pelatihan Tropical Basic Offshore Safety Induction & Emergency Training (TBOSIET) – OPITO adalah program pelatihan keselamatan dasar yang dirancang khusus bagi pekerja yang akan bekerja di lingkungan lepas pantai, terutama di daerah tropis. Pelatihan BOSIET T-BOSIET HUET & SEA SURVIVAL Nusa Tenggara Barat NTB Tujuan utamanya adalah memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam menghadapi situasi darurat di lepas pantai. Setelah berhasil menyelesaikan pelatihan BOSIET, peserta akan mendapatkan sertifikat OPITO BOSIET yang berlaku selama 4 tahun. Sertifikat ini menjadi syarat penting untuk bekerja di platform minyak dan gas lepas pantai, dan harus diperbarui sebelum masa berlakunya habis. Pelatihan Sea Survival adalah program pelatihan keselamatan yang berfokus pada keterampilan bertahan hidup di laut bagi pekerja yang bekerja di sektor maritim, minyak, dan gas lepas pantai.

Pendaftaran:

Telp 0811 8500 177

Whatsapp 0811 8500 177

Pelatihan BOSIET T-BOSIET HUET & SEA SURVIVAL Nusa Tenggara Barat NTB

Pelatihan TBOSIET ini penting karena meningkatkan kesadaran keselamatan dan membekali pekerja dengan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi keadaan darurat di lingkungan lepas pantai tropis. Pelatihan BOSIET T-BOSIET HUET & SEA SURVIVAL Nusa Tenggara Barat NTB Sertifikat TBOSIET biasanya menjadi salah satu syarat bagi mereka yang akan bekerja di industri minyak, gas, dan energi di lepas pantai. Basic Offshore Safety Induction and Emergency Training (BOSIET) dengan sertifikasi dari OPITO adalah pelatihan keselamatan dasar untuk pekerja industri migas dan energi yang bekerja di lepas pantai. Pelatihan BOSIET T-BOSIET HUET & SEA SURVIVAL Nusa Tenggara Barat NTB Sertifikasi OPITO (Offshore Petroleum Industry Training Organization) menjadikan pelatihan ini standar internasional yang diakui dan diwajibkan di berbagai perusahaan di seluruh dunia. Tujuan utama pelatihan BOSIET OPITO adalah untuk memberikan pemahaman dan keterampilan dasar yang dibutuhkan bagi pekerja di lingkungan lepas pantai, meliputi keselamatan, evakuasi, dan teknik bertahan hidup saat terjadi situasi darurat.

Pelatihan BOSIET T-BOSIET HUET & SEA SURVIVAL Nusa Tenggara Barat NTB

Berikut adalah beberapa materi dan kegiatan yang biasanya ada dalam pelatihan TBOSIET:

  1. Induksi Keselamatan Dasar Mengenalkan peserta tentang standar keselamatan yang berlaku di lepas pantai, termasuk prosedur keselamatan umum, peraturan, dan praktik terbaik untuk menjaga kesehatan dan keselamatan.
  2. Pengoperasian Alat Pelindung Diri (APD) Pelatihan ini juga mencakup cara menggunakan peralatan keselamatan yang tepat, seperti helm, sepatu pelindung, baju pelampung, dan masker pernapasan.
  3. Pelatihan Water Survival (Keselamatan di Air) Pelatihan ini melatih peserta dalam teknik-teknik bertahan hidup di air, seperti berenang dengan menggunakan jaket pelampung, dan mengenalkan peserta pada prosedur penyelamatan di laut.
  4. Evakuasi Helikopter Darurat (HUET – Helicopter Underwater Escape Training) Salah satu bagian yang penting adalah pelatihan meloloskan diri dari helikopter yang terjatuh ke air. Peserta akan diajarkan cara keluar dari helikopter dalam kondisi terbalik di bawah air.
  5. Penanggulangan Kebakaran Melatih keterampilan dasar dalam menangani api dan kebakaran di lingkungan lepas pantai, termasuk penggunaan alat pemadam api dan cara melakukan evakuasi yang aman.
  6. Prosedur Tanggap Darurat Pelatihan ini juga mencakup cara berkomunikasi dalam keadaan darurat dan prosedur evakuasi yang aman.

Berikut adalah modul utama yang diliputi dalam pelatihan BOSIET OPITO:

  1. Induksi Keselamatan Dasar Lepas Pantai: Peserta diberikan pemahaman mengenai protokol keselamatan, risiko, dan tanggung jawab dalam pekerjaan di lepas pantai.
  2. Pelatihan Evakuasi Helikopter Darurat (HUET – Helicopter Underwater Escape Training): Peserta dilatih untuk menghadapi keadaan darurat ketika helikopter mendarat di laut, termasuk cara keluar dari helikopter yang tenggelam dalam kondisi terbalik. Ini adalah salah satu modul yang paling penting dan menantang dalam pelatihan BOSIET.
  3. Water Survival (Bertahan Hidup di Air): Peserta belajar teknik bertahan hidup di laut, termasuk cara menggunakan peralatan pelindung seperti jaket pelampung, teknik berenang, dan cara mengapung dengan aman sambil menunggu penyelamatan.
  4. Penanggulangan Kebakaran dan Pemadaman Api: Peserta dilatih untuk mengenali berbagai jenis api, teknik pemadaman api dasar menggunakan alat pemadam, serta langkah-langkah evakuasi dalam situasi kebakaran.
  5. Tanggap Darurat dan Pertolongan Pertama: Pelatihan ini juga mencakup langkah-langkah pertolongan pertama yang mungkin diperlukan di lepas pantai, serta cara berkomunikasi dan koordinasi dalam situasi darurat.

Durasi dan Persyaratan:

  • Pelatihan BOSIET biasanya berlangsung selama 3 hari.
  • Peserta diharapkan memiliki kondisi fisik yang baik karena pelatihan melibatkan simulasi fisik yang intensif, terutama dalam HUET dan water survival.

Pelatihan ini mempersiapkan peserta untuk menghadapi situasi darurat di laut dan memberikan pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan untuk tetap aman dan bertahan hidup hingga bantuan datang.

Modul Utama dalam Pelatihan Sea Survival:

  1. Penggunaan Peralatan Keselamatan

Peserta diperkenalkan pada berbagai peralatan keselamatan di laut, seperti jaket pelampung, rakit penyelamat, sinyal marabahaya, dan pelindung termal. Pelatihan mencakup cara memakai dan menggunakan peralatan ini dengan benar.

  1. Teknik Bertahan Hidup di Air

Melatih peserta untuk bertahan di air dalam waktu yang lama, termasuk teknik mengapung dan berenang dengan aman. Peserta belajar untuk tetap tenang di air, mempertahankan posisi yang benar, dan menggunakan teknik yang meminimalkan kehilangan panas tubuh.

  1. Pelatihan Water Entry:

Mengajarkan cara masuk ke air secara aman dari berbagai posisi, seperti dari platform, helikopter, atau kapal. Ini penting untuk mencegah cedera saat terjun ke laut dalam keadaan darurat.

  1. Prosedur Penyusunan Diri dalam Kelompok (Huddle):

Teknik huddle adalah cara bertahan hidup bersama dalam kelompok untuk mengurangi kehilangan panas tubuh dan meningkatkan peluang bertahan hidup di laut terbuka. Dengan berkelompok, peserta juga bisa lebih mudah ditemukan oleh tim penyelamat.

  1. Penggunaan Rakit Penyelamat:

Peserta diajarkan cara membuka, memasuki, dan mengoperasikan rakit penyelamat. Ini mencakup cara mengelola air dan makanan darurat di dalam rakit, menjaga suhu tubuh, dan cara memberi sinyal untuk penyelamatan.

  1. Komunikasi Darurat

Mempelajari cara berkomunikasi dengan tim penyelamat menggunakan alat-alat darurat seperti radio, flare, dan sinyal tangan.

  1. Manajemen Situasi Darurat di Laut:

Peserta diajarkan bagaimana cara berpikir dan bertindak efektif dalam situasi darurat, termasuk manajemen stres dan menjaga ketenangan diri. Durasi Pelatihan Pelatihan Sea Survival biasanya berlangsung selama 1-2 hari tergantung pada program penyelenggara dan dapat berupa bagian dari pelatihan keselamatan BOSIET, TBOSIET, atau pelatihan keselamatan maritim lainnya. Setelah pelatihan, peserta biasanya diberikan sertifikat yang menunjukkan bahwa mereka telah memperoleh keterampilan dasar untuk bertahan hidup di laut. Pelatihan HUET (Helicopter Underwater Escape Training) adalah pelatihan khusus yang mempersiapkan pekerja untuk menghadapi keadaan darurat saat menggunakan helikopter, terutama jika helikopter mendarat darurat di laut. Pelatihan ini umumnya diikuti oleh pekerja di industri minyak, gas, dan energi lepas pantai, serta oleh personel yang sering bepergian dengan helikopter ke platform lepas pantai atau kapal. Tujuan Pelatihan HUET bertujuan untuk membekali peserta dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan agar dapat meloloskan diri dari helikopter yang jatuh atau tenggelam di air. Fokusnya adalah pada cara keluar dengan aman dari helikopter dalam kondisi sulit dan terkadang terbalik.

Modul dan Aktivitas Pelatihan HUET

  1. Orientasi Keselamatan di Helikopter:

Peserta diberikan penjelasan mengenai prosedur keselamatan dasar di dalam helikopter. Mengajarkan peserta tentang lokasi pintu darurat, jendela, sabuk pengaman, dan cara menggunakannya.

  1. Penggunaan Peralatan Keselamatan:

Memperkenalkan peserta pada peralatan keselamatan khusus, seperti jaket pelampung, alat bantu pernapasan darurat (EBS), dan prosedur penggunaannya saat keadaan darurat.

  1. Simulasi Egress (Meloloskan Diri) dari Helikopter Terbalik

Ini adalah bagian inti dari pelatihan HUET. Peserta dimasukkan ke dalam simulasi helikopter di dalam air yang kemudian ditenggelamkan dan diputar terbalik, menguji kemampuan peserta untuk keluar dalam kondisi darurat. Peserta dilatih agar tetap tenang, melepaskan sabuk pengaman, mengidentifikasi pintu darurat, dan keluar dengan aman meskipun dalam posisi terbalik.

  1. Water Survival (Keselamatan di Air):

Mengajarkan teknik bertahan hidup setelah berhasil keluar dari helikopter, seperti mengapung dan berenang menggunakan jaket pelampung serta berkumpul dengan peserta lain (teknik huddle) untuk menghemat panas tubuh.

  1. Prosedur Evakuasi dan Penyusunan Diri:

Mengajarkan cara berkumpul dan menunggu tim penyelamat, menggunakan sinyal darurat, serta menjaga diri tetap terlihat oleh penyelamat di laut terbuka.

  1. Penggunaan Emergency Breathing System (EBS):

Beberapa pelatihan HUET mencakup penggunaan EBS untuk situasi di mana peserta harus bernapas di bawah air sementara mereka mengevakuasi helikopter. Durasi Pelatihan Pelatihan HUET biasanya berlangsung 1 hari, tergantung pada penyelenggara dan materi tambahan yang disertakan. Beberapa pelatihan HUET merupakan bagian dari sertifikasi BOSIET atau TBOSIET. Setelah berhasil menyelesaikan pelatihan, peserta akan mendapatkan sertifikat HUET yang diakui oleh berbagai perusahaan di industri energi lepas pantai. Sertifikat ini biasanya berlaku selama 4 tahun dan perlu diperbarui sebelum masa berlakunya habis. Dalam pelatihan BOSIET (Basic Offshore Safety Induction and Emergency Training) dan TBOSIET (Tropical BOSIET), perhitungan bukan merupakan fokus utama, namun ada beberapa perhitungan dasar yang mungkin digunakan untuk memastikan keselamatan dan kelayakan dalam pelaksanaan pelatihan, terutama dalam modul-modul yang melibatkan waktu bertahan hidup, daya tahan tubuh, dan pemakaian peralatan keselamatan. Berikut adalah beberapa jenis perhitungan yang umumnya terlibat:

  1. Perhitungan Waktu Bertahan di Air (Survival Time)

Instruktur biasanya memperhitungkan durasi waktu seseorang dapat bertahan di air berdasarkan suhu air, jenis peralatan keselamatan yang dipakai (misalnya jaket pelampung dan pakaian termal), serta posisi tubuh saat berada di air. Perhitungan ini membantu peserta memahami bahwa bertahan hidup di air sangat bergantung pada suhu air dan kondisi tubuh saat evakuasi.

  1. Perhitungan Volume Udara dan Durasi Bernapas pada Emergency Breathing System (EBS)

Dalam modul HUET, jika peserta menggunakan Emergency Breathing System (EBS), perhitungan dilakukan untuk menentukan volume udara yang tersedia dalam EBS dan berapa lama udara tersebut dapat bertahan berdasarkan laju pernapasan peserta. Misalnya, jika volume EBS adalah 1 liter dan laju pernapasan rata-rata peserta adalah 20 liter per menit, maka EBS dapat bertahan selama sekitar 3 detik (sesuai dengan volume dan tekanan yang digunakan).

  1. Pengukuran Berat dan Keseimbangan Helikopter dalam Modul HUET:

Sebelum melakukan simulasi HUET, biasanya ada perhitungan berat untuk memastikan bahwa simulasi berlangsung dengan aman. Berat peserta akan disesuaikan dengan batasan helikopter simulasi untuk menjaga keseimbangan dan keamanan saat simulasi berlangsung. Ini juga untuk memastikan pembagian beban yang aman di dalam helikopter agar kondisi simulasi tetap realistis dan tidak berisiko.

  1. Perhitungan Penggunaan Peralatan Pemadam Kebakaran

Pada modul pemadaman kebakaran, peserta mungkin diajarkan cara memperkirakan waktu pemakaian alat pemadam api, yang didasarkan pada kapasitas alat dan durasi pemakaian. Jika alat pemadam memiliki kapasitas tertentu, peserta belajar bahwa penggunaan terus-menerus atau intermiten akan memengaruhi durasi operasional alat tersebut.

  1. Perhitungan Kapasitas Rakit Penyelamat:

Dalam modul keselamatan di laut, ada perhitungan kapasitas rakit penyelamat, untuk memastikan bahwa setiap rakit tidak melebihi kapasitas yang direkomendasikan. Rakit penyelamat biasanya memiliki daya tampung yang terbatas, dan perhitungan ini membantu peserta memahami pentingnya penempatan dan distribusi orang secara merata.

  1. Perhitungan Posisi Berkumpul (Huddle Position) dalam Kelompok:

Ketika menggunakan teknik huddle (berkumpul dalam kelompok untuk mempertahankan panas tubuh), peserta mungkin diajarkan bagaimana cara memperhitungkan posisi ideal dalam kelompok untuk mengurangi kehilangan panas tubuh secara kolektif, sehingga waktu bertahan hidup di air dapat diperpanjang.

  1. Simulasi Waktu Evakuasi dan Respon Tanggap Darurat:

Peserta dan instruktur juga melakukan simulasi perhitungan waktu dalam tanggap darurat, termasuk waktu yang dibutuhkan dari pemberitahuan bahaya hingga proses evakuasi selesai. Perhitungan ini memberikan gambaran tentang kecepatan dan koordinasi yang diperlukan untuk keselamatan dalam situasi nyata di lapangan. Perhitungan-perhitungan ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang batasan, efektivitas peralatan, dan pentingnya kecepatan dan ketepatan tindakan dalam situasi darurat. Egress dalam pelatihan BOSIET adalah keterampilan untuk meloloskan diri dari helikopter atau tempat berisiko tinggi lainnya selama keadaan darurat di lepas pantai. Modul ini penting karena mengajarkan peserta cara keluar dengan aman dalam situasi darurat, seperti saat helikopter jatuh atau terbalik di air. Pelatihan egress, khususnya dalam Helicopter Underwater Escape Training (HUET), melibatkan teknik-teknik spesifik yang membantu peserta untuk bertindak cepat dan aman.

Berikut adalah langkah-langkah dasar egress yang diajarkan dalam pelatihan BOSIET:

  1. Tetap Tenang dan Ambil Napas dalam-dalam:

Langkah pertama saat terjadi darurat adalah tetap tenang dan tidak panik, meskipun helikopter atau tempat kerja mungkin dalam posisi terbalik di air. Ambil napas dalam-dalam untuk menjaga oksigen tetap tersedia di paru-paru, terutama jika Anda akan berada di bawah air dalam waktu singkat.

  1. Memahami Lokasi dan Orientasi Diri:

Kenali posisi tubuh Anda dan orientasi dalam helikopter atau ruangan, karena kecelakaan bisa membuat ruangan terbalik. Biasanya, peserta dilatih untuk meraba area sekitarnya, seperti mencari pintu atau jendela darurat, agar mereka dapat mengenali rute pelarian dalam kondisi gelap atau terbatas.

  1. Lepaskan Sabuk Pengaman Hanya saat Siap Meloloskan Diri:

Jangan langsung melepas sabuk pengaman setelah kecelakaan, karena sabuk ini akan membantu Anda tetap stabil dan mencegah Anda terbentur. Lepaskan sabuk pengaman hanya setelah Anda telah memetakan jalan keluar dan yakin bahwa Anda bisa langsung menuju egress.

  1. Gunakan Emergency Breathing System (EBS) jika Diperlukan:

Jika dilengkapi dengan EBS, gunakan alat ini untuk mengambil udara tambahan saat berada di bawah air. Latih pernapasan yang tenang dan dalam menggunakan EBS agar tidak cepat kehabisan udara.

  1. Cari dan Buka Pintu atau Jendela Darurat:

Kenali letak dan mekanisme pintu darurat atau jendela keluar, yang biasanya berada di samping atau di bagian belakang helikopter. Peserta dilatih untuk membuka pintu atau jendela tersebut dengan cepat, bahkan dalam keadaan terbalik atau di bawah air.

  1. Meloloskan Diri (Egress) dari Helikopter atau Rakit:

Setelah membuka akses keluar, gunakan kedua tangan dan kaki untuk keluar, dorong tubuh keluar dengan perlahan namun tegas. Jaga posisi tubuh agar tetap seimbang untuk menghindari tersangkut atau terjebak di pintu keluar.

  1. Menuju Permukaan dengan Aman:

Setelah berhasil keluar dari helikopter atau ruangan, arahkan tubuh ke permukaan dengan cara berenang atau mengapung menggunakan jaket pelampung. Jangan panik jika arus atau angin memengaruhi gerakan; usahakan untuk bernapas teratur hingga mencapai permukaan.

  1. Kumpul di Titik Aman dan Siapkan untuk Penyelamatan:

Jika berhasil mencapai permukaan, berkumpul dengan peserta lain dan berusaha terlihat oleh tim penyelamat. Gunakan sinyal darurat yang diajarkan untuk menarik perhatian tim penyelamat. Latihan dan Kesadaran Berulang Selama pelatihan BOSIET, teknik egress dipraktikkan beberapa kali agar peserta terbiasa dan dapat melakukan semua langkah dengan cepat, bahkan dalam kondisi terbatas. Pelatihan ini membantu mengembangkan respons otomatis peserta sehingga mereka lebih siap menghadapi situasi darurat nyata di lepas pantai. Dalam pelatihan TBOSIET (Tropical Basic Offshore Safety Induction & Emergency Training), modul Helicopter Underwater Escape Training (HUET) mengajarkan keterampilan khusus untuk meloloskan diri dari helikopter yang jatuh ke air. Situasi ini bisa terjadi jika helikopter yang digunakan untuk mengangkut pekerja ke platform lepas pantai mengalami kecelakaan dan terpaksa mendarat di laut. Berikut adalah langkah-langkah dasar untuk meloloskan diri dari helikopter dalam pelatihan TBOSIET:

  1. Tetap Tenang dan Fokus

Ketika helikopter jatuh ke air, langkah pertama adalah tetap tenang. Panik dapat menguras oksigen dan membuat situasi lebih sulit. Ingat bahwa langkah-langkah yang telah dilatih akan membantu meloloskan diri dengan aman.

  1. Ambil Napas dalam-dalam

Sebelum helikopter sepenuhnya tenggelam, ambil napas dalam-dalam untuk menyiapkan diri jika Anda harus berada di bawah air untuk beberapa detik. Biasanya, peserta juga diajarkan menggunakan Emergency Breathing System (EBS) jika tersedia, untuk memberikan waktu lebih saat bernapas di bawah air.

  1. Kenali Posisi Tubuh dan Orientasi Diri

Ketika helikopter mulai terbalik atau tenggelam, segera identifikasi orientasi diri dan lingkungan sekitar. Anda perlu mengetahui posisi pintu keluar atau jendela darurat. Rasakan posisi sabuk pengaman dan pintu keluar agar Anda tahu arah yang akan dituju ketika sudah siap untuk meloloskan diri.

  1. Tetap Mengenakan Sabuk Pengaman hingga Siap untuk Keluar

Jangan langsung membuka sabuk pengaman setelah helikopter mendarat di air atau terbalik. Sabuk pengaman menjaga posisi tubuh tetap stabil dan membantu orientasi. Tunggu hingga gerakan helikopter berhenti dan Anda siap untuk keluar melalui pintu atau jendela darurat.

  1. Cari dan Siapkan Pintu atau Jendela Darurat untuk Egress

Raba pintu atau jendela darurat, kenali mekanisme pembukaannya, dan siapkan diri untuk membuka pintu atau jendela tersebut ketika sudah siap keluar. Pada pelatihan HUET, peserta dilatih untuk membuka pintu atau jendela bahkan dalam kondisi terbalik atau di bawah air.

  1. Melepaskan Sabuk Pengaman dan Lakukan Egress (Meloloskan Diri)

Setelah Anda memegang pegangan pintu atau jendela dan siap untuk keluar, lepaskan sabuk pengaman. Gunakan kedua tangan untuk mendorong keluar dengan perlahan namun kuat, dan pertahankan orientasi arah keluar agar tidak tersangkut.

  1. Menggunakan Emergency Breathing System (EBS) jika Diperlukan

Jika pelatihan melibatkan EBS, gunakan alat ini untuk bernapas saat berada di bawah air. Tarik napas dengan tenang dan pastikan tetap menggunakan udara seefisien mungkin. EBS dapat membantu memperpanjang waktu yang tersedia untuk mencapai permukaan dengan aman.

  1. Arahkan Tubuh Menuju Permukaan Air dengan Aman

Setelah keluar dari helikopter, arahkan tubuh ke atas untuk mencapai permukaan air. Jika arus air atau gelombang menghambat gerakan, lakukan gerakan mengapung. Pastikan tetap tenang hingga mencapai permukaan dan gunakan jaket pelampung atau alat apung lainnya jika tersedia.

  1. Mengapung atau Berkumpul di Titik yang Aman untuk Menunggu Penyelamatan

Setelah mencapai permukaan, usahakan untuk tetap terlihat dengan sinyal darurat, seperti flare atau perangkat lainnya, jika tersedia. Jika berada dalam kelompok, berkumpul menggunakan teknik huddle untuk menjaga kehangatan dan meningkatkan visibilitas.

  1. Menggunakan Teknik Sinyal Darurat

Peserta dilatih untuk menggunakan sinyal darurat seperti melambaikan tangan atau flare agar tim penyelamat dapat menemukan lokasi dengan cepat. Pelatihan TBOSIET memberikan simulasi berulang untuk langkah-langkah ini sehingga peserta dapat melakukannya dengan cepat dan efisien dalam situasi nyata. Dalam pelatihan BOSIET (Basic Offshore Safety Induction and Emergency Training), Emergency Breathing System (EBS) adalah alat pernapasan darurat yang digunakan saat peserta berada di bawah air selama evakuasi helikopter. EBS dirancang untuk memberi waktu tambahan bagi peserta agar dapat meloloskan diri dengan aman dari helikopter yang tenggelam atau terbalik di air. Perhitungan durasi penggunaan EBS melibatkan beberapa faktor, seperti kapasitas tabung udara, laju pernapasan pengguna, dan tekanan udara dalam tabung. Berikut adalah penjelasan mengenai perhitungan penggunaan EBS dalam pelatihan BOSIET:

  1. Mengetahui Kapasitas Tabung EBS

Kapasitas tabung EBS biasanya dinyatakan dalam liter dan menentukan jumlah udara yang tersedia. Kapasitas standar tabung EBS untuk pelatihan ini bisa berkisar antara 1-3 liter udara, tergantung pada desain dan modelnya.

  1. Tekanan Udara di dalam Tabung

Udara dalam tabung EBS disimpan pada tekanan tinggi, biasanya dalam rentang 200 hingga 300 bar. Semakin tinggi tekanan, semakin banyak udara yang bisa disimpan dalam tabung kecil. Jumlah udara yang tersedia adalah hasil perkalian kapasitas tabung (liter) dan tekanan udara di dalamnya (bar). Misalnya, jika tabung berkapasitas 1 liter pada 200 bar, maka total udara yang tersedia adalah 1 liter x 200 bar = 200 liter dalam kondisi tekanan normal.

  1. Laju Pernapasan Pengguna

Laju pernapasan rata-rata manusia dalam situasi tenang adalah sekitar 15-20 liter per menit, tetapi ini bisa meningkat hingga 30 liter per menit atau lebih dalam situasi panik atau stres. Dalam pelatihan BOSIET, peserta diajarkan untuk tetap tenang agar laju pernapasan tetap rendah dan efisien, memperpanjang durasi penggunaan EBS.

  1. Perhitungan Durasi Penggunaan EBS

Untuk memperkirakan berapa lama EBS dapat digunakan, kita dapat menggunakan rumus sederhana Durasi EBS=Volume udara totalLaju pernapasan per menit\text{Durasi EBS} = \frac{\text{Volume udara total}}{\text{Laju pernapasan per menit}}Durasi EBS=Laju pernapasan per menitVolume udara total. Sebagai contoh, jika tabung EBS berkapasitas 1 liter pada tekanan 200 bar (sehingga total volume udara yang tersedia adalah 200 liter) dan laju pernapasan peserta adalah 20 liter per menit, maka Durasi EBS=200 liter20 liter per menit=10 menit\text{Durasi EBS} = \frac{200 \text{ liter}}{20 \text{ liter per menit}} = 10 \text{ menit}Durasi EBS=20 liter per menit200 liter=10 menit Namun, dalam situasi nyata, laju pernapasan sering kali meningkat, terutama saat panik. Jika laju pernapasan meningkat menjadi 30 liter per menit, durasi penggunaan EBS akan berkurang Durasi EBS=200 liter30 liter per menit≈6.7 menit\text{Durasi EBS} = \frac{200 \text{ liter}}{30 \text{ liter per menit}} \approx 6.7 \text{ menit}Durasi EBS=30 liter per menit200 liter≈6.7 menit

  1. Latihan Efisiensi Penggunaan Udara

Dalam pelatihan, peserta juga diajarkan teknik bernapas yang lambat dan dalam untuk memaksimalkan durasi EBS. Menjaga laju pernapasan tetap stabil dan rendah adalah kunci utama agar EBS bisa bertahan lebih lama, terutama jika waktu untuk meloloskan diri memerlukan durasi lebih panjang.

  1. Keterbatasan EBS dan Pentingnya Kecepatan Evakuasi

Karena EBS hanya memberikan udara tambahan dalam waktu terbatas, penting bagi peserta untuk segera keluar dan tidak bergantung sepenuhnya pada EBS. Setiap latihan egress (meloloskan diri) dilakukan dengan target waktu yang ketat, memastikan peserta bisa keluar dengan cepat dan efektif. Dalam pelatihan, peserta akan mencoba berbagai skenario dengan EBS, memahami batasannya, dan berlatih cara bernapas efisien agar siap menggunakan EBS jika keadaan darurat terjadi di laut. Latihan penggunaan udara dalam pelatihan Sea Survival bertujuan untuk membantu peserta mengelola dan menghemat udara saat berada dalam situasi darurat di air. Latihan ini penting karena kemampuan untuk menggunakan udara secara efisien bisa sangat meningkatkan peluang bertahan hidup, terutama dalam situasi di mana akses ke udara atau bantuan mungkin terbatas. Berikut adalah beberapa teknik dan latihan yang diajarkan dalam pengelolaan penggunaan udara di pelatihan Sea Survival:

  1. Latihan Pernapasan dalam dan Teratur

Peserta diajarkan teknik pernapasan dalam dan lambat untuk menjaga ritme pernapasan yang efisien dan meminimalkan konsumsi udara. Dalam latihan ini, peserta belajar mengambil napas panjang dan perlahan, menahannya sejenak, lalu menghembuskannya perlahan. Teknik ini membantu menenangkan pikiran dan memperlambat laju pernapasan, sehingga penggunaan udara menjadi lebih hemat.

  1. Pernapasan melalui Perangkat Emergency Breathing System (EBS)

Jika menggunakan EBS, peserta berlatih bernapas dengan perangkat ini untuk memastikan mereka nyaman dan tidak panik saat menggunakan udara bertekanan. Latihan meliputi cara bernapas stabil melalui mulut dan menghindari laju pernapasan cepat yang bisa menghabiskan udara dengan cepat. Ini juga termasuk latihan menyesuaikan laju pernapasan sesuai kebutuhan, terutama dalam kondisi stres atau panik.

  1. Latihan Tahan Napas di Bawah Air

Latihan tahan napas dilakukan untuk meningkatkan kapasitas paru-paru dan ketahanan pernapasan. Dalam latihan ini, peserta diajarkan cara menahan napas di bawah air untuk beberapa detik, secara bertahap memperpanjang durasi sesuai kemampuan masing-masing. Teknik ini sangat membantu jika peserta harus bertahan tanpa udara tambahan selama beberapa saat.

  1. Kontrol Laju Pernapasan dalam Situasi Panik

Dalam keadaan darurat, panik bisa menyebabkan hiperventilasi, yang membuat udara habis lebih cepat. Latihan ini mengajarkan peserta untuk tetap tenang dan mengontrol laju pernapasan meski berada di bawah tekanan. Teknik relaksasi, seperti memfokuskan pikiran dan mengalihkan perhatian dari ketakutan, digunakan untuk membantu peserta mengatasi rasa panik sehingga mereka bisa bernapas lebih lambat dan dalam.

  1. Latihan Menggunakan Udara EBS dalam Gerakan Terbatas

Saat dalam posisi terbalik atau bergerak di ruang sempit, penggunaan EBS mungkin lebih sulit. Peserta diajarkan cara menggunakan EBS sambil bergerak atau berusaha keluar dari posisi yang sulit. Ini mengajarkan teknik menahan napas sambil mendorong diri ke atas, menjaga posisi mulut di dekat perangkat, dan menjaga pernapasan tetap stabil meskipun dalam posisi tidak nyaman.

  1. Simulasi Situasi Egress dengan Waktu Terbatas

Peserta berlatih simulasi keluar dari helikopter atau rakit penyelamat dengan waktu udara yang terbatas. Dalam latihan ini, peserta dihadapkan pada batas waktu sesuai kapasitas EBS mereka, sehingga mereka terbiasa melakukan pergerakan cepat namun efisien, menghemat udara untuk memastikan mereka bisa keluar tepat waktu.

  1. Latihan Penyesuaian Otot Pernapasan (Diaphragmatic Breathing)

Latihan ini melibatkan pernapasan diafragma untuk mengoptimalkan kapasitas paru-paru. Dengan menarik napas dalam melalui perut, peserta bisa lebih menghemat energi dan mengoptimalkan oksigen yang masuk. Pernapasan diafragma juga membantu dalam situasi yang membutuhkan udara dalam durasi lebih panjang dengan laju pernapasan yang rendah.

  1. Latihan Visualisasi dan Meditasi untuk Mengurangi Stres

Dalam situasi darurat, teknik visualisasi dan meditasi dapat membantu peserta mengurangi stres, yang secara tidak langsung dapat mengurangi laju pernapasan dan pengeluaran udara. Peserta diajak untuk berlatih visualisasi, membayangkan situasi mereka dengan tenang, dan menggunakan teknik meditasi agar tetap rileks dan lebih siap secara mental untuk menghadapi situasi darurat di air. Latihan-latihan ini memberikan peserta keterampilan dasar yang sangat penting untuk bertahan hidup di air. Dengan kemampuan mengelola udara secara efisien, peserta pelatihan Sea Survival akan lebih siap menghadapi situasi darurat di laut, terutama saat harus menunggu pertolongan dalam waktu yang tidak menentu. Dalam pelatihan TBOSIET (Tropical Basic Offshore Safety Induction & Emergency Training), peserta diajarkan cara memecahkan atau membuka kaca jendela darurat helikopter saat berada dalam air, terutama ketika helikopter dalam posisi terbalik. Memahami cara keluar melalui kaca jendela darurat adalah keterampilan penting, karena dalam situasi darurat, pintu mungkin sulit diakses atau dibuka. Berikut adalah langkah-langkah dasar yang diajarkan untuk memecahkan kaca atau membuka jendela darurat dalam pelatihan TBOSIET:

  1. Tetap Tenang dan Kenali Posisi Jendela Darurat

Langkah pertama adalah tetap tenang untuk meminimalkan kepanikan. Hal ini sangat penting karena dalam kepanikan, peserta dapat kehabisan udara lebih cepat. Kenali posisi dan bentuk jendela darurat di sekitar Anda. Dalam kondisi terbalik, peserta diajarkan untuk meraba sekeliling agar bisa menemukan lokasi jendela.

  1. Gunakan Alat Pemecah Kaca (Jika Tersedia)

Beberapa helikopter dilengkapi dengan alat pemecah kaca atau emergency hammer yang bisa digunakan untuk memecahkan jendela darurat. Pegang alat dengan kuat dan arahkan ke sudut kaca (karena bagian sudut lebih mudah pecah dibanding bagian tengah). Hantam kaca dengan tegas dan kuat untuk memecahkannya.

  1. Teknik Menekan dan Mendorong Jendela Darurat

Pada banyak helikopter, jendela darurat memiliki mekanisme pop-out yang dapat dilepas atau didorong keluar tanpa perlu memecahkan kaca. Ikuti petunjuk yang diberikan dalam pelatihan untuk menekan atau menarik tuas pada jendela darurat, lalu dorong jendela keluar dengan kedua tangan. Pastikan gerakan ini dilakukan dengan mantap.

  1. Menggunakan Siku atau Kaki sebagai Alternatif

Jika tidak ada alat pemecah kaca dan jendela tidak memiliki mekanisme pop-out, peserta diajarkan untuk menggunakan bagian tubuh yang kuat, seperti siku atau tumit kaki, untuk memecahkan kaca. Posisi ideal adalah memukul kaca di sudut atau tepi, bukan di tengah. Siku atau tumit memberikan tekanan lebih besar dibandingkan tangan biasa, sehingga lebih efektif untuk memecahkan kaca.

  1. Jaga Orientasi Diri saat Jendela Pecah atau Terbuka

Saat kaca sudah pecah atau jendela terbuka, tetap tenang dan jangan langsung melepas sabuk pengaman. Hal ini untuk menghindari tersangkut atau terjebak di kursi. Perhatikan posisi keluar dengan baik, siapkan diri untuk keluar dengan arah yang jelas dan aman.

  1. Melepas Sabuk Pengaman dan Keluar dengan Hati-Hati

Setelah yakin dengan arah keluar, lepas sabuk pengaman dan dorong tubuh ke arah jendela keluar. Usahakan untuk keluar dengan satu gerakan yang tegas namun perlahan agar tidak terjebak pada bagian helikopter lainnya.

  1. Lindungi Mata dan Wajah

Pecahan kaca bisa membahayakan mata dan wajah, jadi peserta diajarkan untuk melindungi wajah dengan lengan saat memecahkan atau mendorong jendela. Selain itu, arahkan kepala menjauh dari arah pecahan kaca dan gunakan tangan untuk melindungi wajah saat bergerak keluar.

  1. Lakukan Latihan Penggunaan Emergency Breathing System (EBS) jika Diperlukan

Jika perlu waktu tambahan untuk keluar, peserta dapat menggunakan EBS (Emergency Breathing System) dan bernapas dengan tenang untuk memperpanjang waktu berada di bawah air.

  1. Menuju Permukaan Air dengan Aman

Setelah keluar, arahkan tubuh ke atas untuk mencapai permukaan, dan jika ada arus atau gelombang, tetap tenang dan gunakan gerakan mengapung. Latihan ini dilakukan berulang kali dalam simulasi agar peserta siap menghadapi kondisi nyata. Latihan memecahkan atau membuka jendela darurat mempersiapkan peserta untuk bertindak cepat dalam kondisi darurat, bahkan di bawah air dan dalam situasi yang menantang. Pelatihan BOSIET (Basic Offshore Safety Induction and Emergency Training) mencakup teknik-teknik penting untuk bertahan hidup di air, terutama jika terjadi kecelakaan saat perjalanan ke atau dari platform lepas pantai dengan menggunakan helikopter atau kapal. Salah satu aspek utama dari pelatihan ini adalah Sea Survival (kelangsungan hidup di laut), yang mengajarkan peserta cara bertahan hidup setelah jatuh ke laut. Berikut adalah beberapa langkah yang diajarkan dalam pelatihan BOSIET untuk bertahan hidup di air:

  1. Tetap Tenang dan Jaga Kepanikan

Langkah pertama dan paling penting adalah tetap tenang. Panik dapat menyebabkan penggunaan energi dan oksigen yang berlebihan, sehingga memperpendek waktu bertahan hidup. Fokus pada teknik yang telah dilatih untuk menghadapi situasi darurat, dan jaga pernapasan tetap teratur.

  1. Gunakan Alat Pelampung

Jika Anda terjatuh ke laut, pastikan menggunakan jaket pelampung atau alat apung lain yang ada. Pelatihan BOSIET mengajarkan cara mengenakan dan memastikan jaket pelampung dalam posisi yang benar agar bisa mengapung dengan efektif. Jaket pelampung membantu tubuh tetap mengapung dan menjaga kepala tetap di atas air, bahkan dalam keadaan kelelahan.

  1. Posisi Tubuh yang Tepat untuk Mengapung

Untuk mengapung dengan lebih efisien, peserta dilatih untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar. Posisi terlentang (supine) adalah posisi ideal untuk mengapung, dengan kepala sedikit terangkat untuk menjaga saluran napas tetap terbuka. Posisi tubuh harus tetap rileks namun aktif, dengan lengan dan kaki sedikit terbuka untuk memberikan keseimbangan. Gerakan kecil bisa membantu untuk menghindari kelelahan.

  1. Teknik Huddle untuk Menghemat Panas

Dalam air dingin, bertahan dalam kondisi tubuh tetap hangat sangat penting. Salah satu teknik yang diajarkan adalah huddle, yaitu teknik berkumpul dengan kelompok lain dalam posisi melingkar. Dengan posisi huddle, tubuh dapat saling memberikan kehangatan, mengurangi kehilangan panas tubuh, dan meningkatkan peluang bertahan hidup, terutama jika harus menunggu penyelamatan dalam waktu lama.

  1. Menggunakan Rakitan Penyemangat (Life Raft)

Dalam pelatihan BOSIET, peserta juga diajarkan cara mengakses dan menggunakan life raft (rakit penyelamat). Life raft dilengkapi dengan berbagai perlengkapan darurat seperti air minum, sinyal darurat, dan perlengkapan pertolongan pertama. Peserta dilatih untuk memasuki rakit penyelamat, menyalakan peralatan komunikasi, dan bertahan hingga bantuan datang. Penerapan teknik boarding: Cara masuk ke rakit dengan cepat dan aman sangat penting untuk menghindari lelah atau terjatuh kembali ke laut.

  1. Menggunakan Sinyal Darurat

Peserta pelatihan diajarkan cara menggunakan flare, sinyal asap, atau perangkat sinyal lainnya untuk menarik perhatian tim penyelamat. Sinyal darurat juga bisa berupa gerakan seperti melambaikan tangan atau menggunakan peluit.

  1. Menghemat Energi

Dalam situasi darurat, sangat penting untuk menghemat energi. Jika tidak ada rakit atau alat apung, teknik bertahan hidup termasuk gerakan minimal agar tubuh tidak cepat lelah. Jika Anda mengapung tanpa rakit, usahakan untuk tetap stabil dengan gerakan minimal dan berusaha menjaga posisi tubuh tetap rileks agar tidak kehabisan energi.

  1. Penggunaan Emergency Breathing System (EBS)

Jika pelatihan melibatkan EBS (Emergency Breathing System), peserta diajarkan cara menggunakannya untuk memperpanjang waktu bertahan hidup di bawah air. EBS memungkinkan peserta bernapas di bawah air jika mereka terperangkap di dalam rakit atau dalam situasi di mana udara sangat terbatas.

  1. Jaga Kebugaran Fisik dan Mental

Kesiapan fisik dan mental sangat penting dalam bertahan hidup di laut. Pelatihan BOSIET mengajarkan peserta untuk tetap positif dan menjaga kondisi fisik agar mampu bertahan lebih lama. Peserta dilatih untuk mengelola stres dan kecemasan dengan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam atau visualisasi, yang membantu tetap fokus dan tenang.

  1. Menunggu Penyelamatan

Pelatihan BOSIET mengajarkan teknik untuk menunggu penyelamatan. Peserta dilatih untuk tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga untuk memastikan bahwa mereka dapat ditemukan dengan mudah oleh tim penyelamat. Selain menggunakan perangkat sinyal darurat, peserta juga diajarkan untuk mempertahankan posisi mengapung yang memungkinkan mereka tetap terlihat dari jarak jauh. Pelatihan Sea Survival dalam BOSIET memberikan keterampilan yang sangat penting untuk bertahan hidup dalam kondisi ekstrem di laut. Dengan latihan dan pengetahuan yang diperoleh, peserta diharapkan dapat menghadapi keadaan darurat dengan lebih siap dan aman.